Mencari tahu dan menentukan segmentasi pasar sebelum menjalankan plan untuk mencapai goals yang diinginkan, sudah menjadi hal esensial yang perlu dilakukan para marketer ataupun kamu yang memiliki bisnis sendiri.
Segmentasi pasar atau penklasifikasian konsumen berdasarkan variable tertentu ini jika dilakukan dengan tepat bisa mendatangkan keuntungan maupun kesuksesan untuk perusahaan atau bisnismu.
Lalu bagaimana agar bisa melakukannya dengan tepat? Selain mencari tahu tips dan cara yang efektif dalam menentukan segmentasi pasar, ada baiknya kita juga belajar dari kesalahan-kesalahan segmentasi pasar yang sering terjadi, supaya bisa terhindar dari kesalahan yang sama.
5 Kesalahan dalam Segmentasi Pasar
1.Tidak mengupdate segmentasi
Tanpa disadari segmentasi pasar dari target konsumen kita bisa berubah seiring waktu. Baik itu segmentasi pasar demografis hingga perilaku. Terutama untuk perusahaan yang dinamis dan cepat berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi, misalnya adalah perusahaan gadget.
Oleh karena itu, dalam pembuatan segmentasi pasar ini perlu diupdate dalam periode waktu tertentu supaya hasilnya tetap valid, dan juga menggunakan pendekatan yang berfokus pada sikap dan value dari target konsumen.
2. Mengabaikan calon konsumen di masa mendatang
Maksudnya tidak melupakan calon konsumen di masa mendatang? Nah, untuk lebih jelas tergambar dari campaign yang dilakukan oleh brand BMW berikut.
Baca juga: 5 Contoh Segmentasi Perilaku Berdasarkan Pengelompokannya
Seperti yang dikutip dari superheuristics.com, dibandingkan dengan mengiklankan produknya lewat iklan yang menonjolkan tampilan dan kemewahan mobil, di tahun 2000-an BMW pernah meluncurkan film pendek hingga 3 season.
Film pendek ini dibintangi oleh Clive Owen dan mengusung genre action. Jadi kamu akan melihat Owen beraksi menggunakan mobil BMW yang dikendarainya.
Kenapa? Alasannya adalah karena BMW turut menyasar target konsumen usia 15 – 22 year. Ya, usia yang masih terbilang muda dan belum memiliki pekerjaan. BMW melihat peluang untuk memperkenalkan produknya ini kepada calon konsumen mereka di masa depan.
Idenya adalah untuk merangsang imajinasi mereka dan memposisikan BMW sebagai merek yang berkesan melalui filmnya.
Goals-nya adalah ketika calon konsumen mereka ini sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, mereka sudah mengenal BMW. Sehingga mereka berpikiran mobil yang keren itu adalah yang seperti BMW.
3. Tidak memiliki cukup data
Segmentasi pasar berhubungan dengan riset dan data. Jika riset yang dilakukan tidaklah clear atau lengkap, maka pada akhirnya akan membuat kamu kekurangan data atau bahkan data yang digunakan tidaklah tepat.
Data yang dikumpulkan bisa lewat tools seperti Google Analytics. Atau ketika berhubungan dengan perilaku, data target konsumen yang diambil bisa melalui survey maupun polling di email atau sosial media.
4. Tidak mempertimbangkan faktor waktu
Masih berhubungan dengan riset atau mencari data. Jika data yang kamu butuhkan itu tidak bisa didapat dari tool analytics, pertimbangkan juga faktor waktu sewaktu kamu melakukan survey dan polling via email ataupun social media.
Misalnya saja, untuk pekerja kantoran, waktu mereka mengecek social media dan email pribadi bisa berbeda dengan siswa. Jangan sampai karena mengirimkan pada waktu yang tidak tepat, malah membuat pesanmu itu dilewati begitu saja oleh target konsumenmu.
5. Bingung membedakan antara segmentasi dan personalisasi
Walaupun terlihat mirip, tapi antara segmentasi dan personalisasi itu berbeda. Seperti yang dikutip dari highroadsolutions.com, segmentasi itu lebih ke bentuk analisis. Hasil dari proses segmentasi ini adalah pemahaman yang lebih baik akan target konsumen.
Sementara itu personlisasi adalah cara kita berkomunikasi dengan target konsumen, berdasarkan insight yang kita dapatkan dari proses segmentasi.
Kesimpulan
Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam segmentasi pasar, kita pun bisa lebih aware dan belajar untuk tidak atau mengulangi kesalahan yang serupa. Adakah topik terkait segmentasi pasar lainnya yang ingin kamu ketahui, teman BCM? Tuliskan di kolom komentar, ya.
Artikel terkait lainnya: