Jika kamu sudah membaca 23 Istilah yang berhubungan dengan Content Marketing, di sana ada yang namanya B2B (Business to Business) dan B2C (Business to Consumer). Pertanyaannya apakah hanya content marketer atau digital marketer yang perlu mengetahui kedua tipe bisnis ini? Bagaimana dengan profesi yang lain berhubungan dengan content, misalnya content writer atau social media specialist, perlu tahu jugakah?
Sebaiknya Iya 🙂
Alasannya, B2B dan B2C sama-sama menggunakan content dalam pemasarannya. Dengan mengetahui perbedaan keduanya, kita bisa lebih mengoptimalkan strategi dalam pembuatan konten.
Alasan kedua, dalam urusan karir, saya rasa siapapun pasti ingin karirnya semakin menanjak dan sukses bukan? Untuk itu, mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan profesi kita itu penting. Baik untuk pencapaian pribadi dan mengasah skill.
Balik lagi ke topik B2B dan B2C, berhubung definisi keduanya sudah dibahas sebelumnya, kali ini yang dibahas adalah perbedaan dari marketing B2B dan B2C.
5 Perbedaan Marketing B2B dan B2C
1. Motivasi dari target konsumen
Terdapat perbedaan motivasi antara konsumen B2B dan B2C ketika memilih produk atau layanan. Konsumen B2B dalam mengambil keputusan lebih menekankan kepada nilai-nilai yang ditawarkan dari produk sehingga dapat meningkatkan ROI, dan kemampuan dari kita dalam mengedukasi mereka (Memiliki keahlian di bidang yang bersangkutan).
Sementara itu, konsumen B2C lebih berdasarkan pada hal-hal yang memicu emosi mereka. Contohnya seperti hal-hal yang menginspirasi, menghibur, dan memuaskan keinginan mereka. Bisa dikatakan motivasi dari konsumen B2C lebih ke sisi emosional, sedangkan untuk B2B lebih ke rasional. Jadi sangat berbeda bukan?
2. Hubungan dengan konsumen
Dalam B2B, menjalin dan memelihara hubungan bisnis adalah hal yang sangat krusial. Dengan membangun hubungan relasi jangka panjang yang baik, bisa membuktikan kepada konsumen kita akan nilai-nilai dan kelebihan dari produk yang dimiliki sehingga berbeda dari kompetitor lainnya. Bukan hanya menjadi konsumen loyal, jika hubungan dengan konsumen B2B berjalan baik, mereka bisa bertindak sebagai referral juga.
Sedangkan untuk B2C, dikarenakan kita cenderung tidak berkomunikasi tatap muka secara langsung seperti dengan stakeholder B2B, hubungan dengan konsumen B2C yang lebih ditekankan adalah pada mengoptimalkan customer experience dan memastikan kualitas produk yang kita tawarkan itu sendiri.
Baca juga: Agar Pemasaran Efektif, Kenali Target Customer dengan Membuat Buyer Persona
3. Proses dalam mengambil keputusan
Proses pengambilan keputusan pada konsumen B2B melalui proses yang lebih kompleks dan membutuhkan waktu dibandingkan dengan B2C. Hal ini dikarenakan pada B2B, ada beberapa layer persetujuan yang harus dilalui. Selain itu, dari proses awareness dari pertimbangan hingga konversinya lebih sering memerlukan interaksi secara langsung dengan konsumen, seperti meeting formal selama berminggu-minggu atau mungkin bisa berbulan-bulan.
Entah tim mana yang lebih dulu yang terlibat, kita harus meyakinkan semua tim stakeholder. Untuk itu, membangun koneksi kuat, dan komunikasi yang terbuka dengan konsumen B2B dapat membangun citra yang positif juga untuk perusahaan/brand yang kita rintis.
Satu poin lagi adalah dari segi kompleksitasnya, B2B lebih kompleks karena dari proses awareness dari pertimbangan hingga konversinya lebih sering memerlukan interaksi secara langsung dengan konsumen, seperti meeting formal selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk mendapatkan persetujuan.
Bagaimana dengan konsumen B2C? Nah, prosesnya ini lebih simple dan singkat karena pertimbangannya datang hanya dari diri mereka sendiri. Konsumen B2C lebih fleksibel dalam mencari produk yang ingin mereka beli. Ketika mereka sudah mengetahui kebutuhan mereka, mereka akan mengumpulkan informasi dan memiliki pemahaman yang jelas akan produk yang mereka butuhkan. Dalam B2C penting sekali untuk membangkitkan kebutuhan dan keinginan konsumen segera atas produk yang kita tawarkan.
4. Strategi content yang dipertimbangkan
Pertimbangan marketing B2B dari strategi kontennya lebih pada ke data, fakta, angka-angka. Untuk materinya, materi yang diberikan kepada konsumen B2B perlu disesuaikan, tergantung dari individu pengambil keputusannya dan bidangnya.
Sedangkan untuk B2C lebih kepada cerita yang dapat membangkitkan sisi emosi. Contohnya adalah melalui konten-konten yang ada di website, blog post, hingga media sosial post. Keseluruhan content yang dibuat untuk konsumen B2C memikirkan faktor emosinya.
Baca juga: Buat Konten Lebih Menarik & Berkesan dengan Storytelling
5. Channel dan format yang digunakan
Dari segi channel yang digunakan, konsumen B2C channel-nya lebih luas dan tak terbatas. Bisa melalui website, social media, bahkan media tradisional, seperti pengiklanan secara tradisional, dan aplikasi geo-targeting. Sedangkan untuk B2B, terkadang untuk channel yang digunakan lebih terbatas. Contohnya adalah melalui LinkedIn sponsor. Mengingat LinkedIn yang memang ditujukan untuk profesional.
Untuk formatnya, dikutip dari hubspot.com, berdasarkan Eccolo Media Technology Content Survey, B2B konsumen lebih suka membaca blog dan whitepaper ketika ingin mengetahui lebih detail produk dan brand. Untuk presentasinya papers (98%), studi kasus (66%), dan panduan teknologi (37%).
Kesimpulan
Meski B2B terlihat lebih kompleks dan tidak sefleksibel B2C, tapi sebenarnya keduanya sama-sama memiliki kesulitan tersendiri dan platform yang digunakan ini tidak terbatas. Bisa saja B2B menggunakan strategi UGC (User Generated Content) dan juga sebaliknya B2C menggunakan whitepaper. Poin-poin yang disampaikan diatas lebih kepada permulaan dalam pembuatan konten, dan bisa dimodifikasi sesuai dengan target konsumen kita.
Setelah mengetahui perbedaan marketing B2B dan B2C, kamu nantinya tertarik untuk bekerja di perusahaan apa? Bagi kamu yang sudah bekerja di bidang ini, mana yang menjadi fokus marketing perusahaanmu?