Apa warna favoritmu? Untuk anak 90-an yang sewaktu kecil sering mengisi biodata di buku file teman, pertanyaan ini tentunya udah gak asing lagi, bukan? =)
Warna favorit antara orang yang satu dengan yang lainnya bisa berbeda dikarenakan pengaruh pengalaman, emosi, hingga perbedaan budaya. Nah, kaitan antara warna dengan tindakan manusia ini dikenal dengan istilah Color Psychology, atau Psikologi Warna.
Begitu berbicara tentang content marketing, psikologi warna ini menjadi unsur penting yang perlu dipertimbangkan secara hati-hati.
Seperti yang dikutip dari coschedule.com, alasannya:
Warna dapat membantu agar audience melihat apa yang kita ingin mereka lihat, merasakan apa yang kita ingin mereka rasakan, dan melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan.
Bisa dibilang, warna mempengaruhi tindakan audience kita. Dari mulai mengklik CTA, button email subscription, hingga durasi waktu yang mereka habiskan di website. Jika warna yang kita pilih gak tepat dengan target audience kita, otomatis gak akan sukses menarik perhatian mereka.
Sebelum masuk ke bagian makna warna dalam content marketing. Yuk ketahui lebih dulu pengelompokkan warna berikut supaya nantinya kamu bisa lebih paham cara untuk memilih warna yang tepat.
Baca juga: 7 Langkah Membuat Content Strategy & Perbedaannya dengan Content Marketing
Pengelompokkan Warna
- Primary color adalah warna utama, yakni biru, kuning, merah, yang menghasilkan warna-warna yang termasuk ke dalam category secondary color.
- Secondary color merupakan hasil perpaduan dari 2 warna primary color. Warna yang dihasilkan itu adalah ungu, hijau, dan orange.
- Tertiary color atau warna tertier adalah warna yang dihasilkan dari penggabungan primary color dengan salah satu secondary color. Untuk itulah warna yang dihasilkan dinamakan, seperti red-orange, yellow-orange, yellow-green, blue-green.
- Pure color artinya warna primary, secondary, dan tertiary tanpa ada tambahan warna putih, hitam, ataupun saturation.
- Tint terjadi ketika warna primary, secondary, ataupun tersier ditambahkan dengan warna putih. Banyak yang menyebutnya juga sebagai warna pastel, dimana warnanya lebih terang dari warna aslinya (pure color).
- Shade merupakan kebalikannya dari tint. Shade terbentuk dengan adanya tambahan warna hitam.
- Tone, ketika warna-warna primary, secondary, maupun tersier ditambahkan dengan warna putih & hitam.
Secara visual pengelompokkan warna-warna dapat dilihat dari color wheel ini.
Makna Warna dalam Content Marketing
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, makna warna bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Meski demikian, secara general psikologi warna dalam content marketing dan contoh brand-nya dapat dilihat dari infografis smtp2go.com di bawah ini:
Baca juga: 23 Istilah yang Wajib Diketahui Siapa pun yang Tertarik dengan Content Marketing
Menjaga keseimbangan kontras
Hal lain yang perlu diingat, dalam memilih warna kita juga perlu memperhatikan contrast. Kontras akan membuat teks atau objek terlihat menonjol. Semakin tinggi levelnya, maka akan terlihat jelas. Berlaku juga hal sebaliknya.
Mana yang lebih baik, contrast yang tinggi atau rendah?
Secara umum, contrast yang tinggi mudah dilihat atau dibedakan karena adanya perbedaan terang dan gelapnya. Tapi, jika semuanya dalam kontras tinggi, gak akan ada bagian yang menonjol dan lama kelamaan mata kita akan lelah melihatnya. Oleh karena itu, kita perlu menjaga keseimbangan kontras.
Gunakan hanya sekitar 2-3 warna saja
Manusia cenderung suka dengan kesederhanaan. Untuk membuat content yang mudah dicerna oleh target audience sebaiknya kita gak menggunakan banyak warna. Alasannya karena banyak warna bisa membuat audience bingung dengan pesan yang ingin kita sampaikan dan lama kelamaan lelah melihatnya. Untuk itulah dianjurkan untuk menggunakan sekitar 2-3 warna saja.
- Jika pilihannya 2 warna
Setelah memilih 1 warna primary, pilih complementary color atau warna yang berhadapan dengan warna primary pilihanmu di color wheel. Misalnya, warna yang dipilih adalah biru, maka warna komplementernya adalah orange. Kombinasi kedua warna ini akan menghasilkan warna yang menarik dan enak dilihat mata.
- Jika pilihannya 3 warna
Jika memutuskan menggunakan lebih dari dua warna, pilihlah satu warna yang menjadi warna dasar, kemudian pilih dua warna lain dari warna yang berhadapan dengan warna pilihanmu. Contohnya, jika warna utama yang dipilih adalah biru, maka warna complementernya yaitu orange. Kemudian, lihat dua warna yang ada di sebelah kiri dan kanan orange. Itulah dua warna lain untuk melengkapi warna biru.
Warna menarik berdasarkan gender dan usia
Dalam psikologi warna, warna biru (cool color) adalah warna yang difavoritkan baik oleh wanita maupun pria. Tapi, wanita lebih menyukai tint, dan pria lebih suka dengan pure ataupun shade color. Sementara itu, warna yang paling gak disukai pria adalah coklat sedangkan untuk wanita adalah warna orange.
Kalau dari segi usia, anak-anak muda lebih menyukai warna yang terang, sedangkan orang yang lebih tua menyukai warna yang disertai dengan shades.
Warna button CTA (Call to Action)
Ketika akan membuat CTA, warm colors lebih mendorong audience untuk mengambil tindakan. Yang terbukti dapat meningkatkan conversion rate adalah merah dan orange.
Kesimpulan
Dikarenakan warna termasuk unsur yang penting dalam psikologi warna content marketing, untuk itu kita perlu mempertimbangkan warna content kita secara hati-hati. Selain melakukan riset, kita juga perlu A/B testing untuk mengetahui kombinasi warna mana yang menghasilkan traffic.
Sudah ada gambaran warna yang mau kamu pakai untuk website/blog/socmed-mu?