Baru-baru ini saya mengambil online course Coursera, Viral Marketing & How to Craft Contagious Content, dengan pengajarnya Prof Jonah Berger. Ada yang pernah mengambil kelas ini juga?
Dalam kelas tersebut, salah satu topik yang dijelaskan adalah prinsip yang bisa diterapkan agar content yang kita buat mudah diingat oleh audience. Nah, prinsip dari Chip dan Dan Heath itu adalah ‘SUCCES’.
Saya pribadi suka dengan strategi yang memiliki singkatan seperti ini karena mudah untuk diingat. Yuk langsung cek saja penjelasan detailnya berikut ini.
1. Simple
via cultofmac.com
Prinsip pertama dalam memproduksi konten atau produk agar mudah diingat adalah membuat konten yang simple. ‘Less is more‘, ucapan dari Ludwig Mies van der Rohe, yang merupakan tokoh perintis arsitektur modern ini tidak hanya bisa diterapkan pada dunia arsitek, tapi juga dalam bidang marketing.
Jika beranggapan dengan menjelaskan secara detail seluruh kelebihan produk akan membuat konsumen tertarik, itu salah besar.
Seperti yang dikatakan oleh Prof Berger,
“Jika kita memberitahu audience semuanya, mereka tidak akan mengingat apa pun. Jadi kita harus memikirkan 1 atau 2 hal. Hal paling penting yang akan diingat mereka.”
Sebagai contoh dari Simple adalah strategi dalam pemasaran notebook. Ada satu brand yang memasarkan produknya dengan menuliskan secara detail spesifikasi produk terbarunya. Mulai dari processor, sistem operasi, RAM, hingga kapasitas harddisk.
Kemudian, brand lain hanya mengiklankan produknya dengan menggunakan visual berupa notebook yang dimasukkan ke dalam amplop dan satu kalimat ‘The World’s Thinnest Notebook’. Sudah bisa menebak laptop yang dimaksud?
Notebook mana yang lebih menarik dan mudah diingat? Produk kedua, bukan?
2. Unexpected
Untuk membuat konten yang mudah diingat oleh audience, kita perlu membuatnya menjadi sulit ditebak. Untuk melakukannya, kita perlu mempertahankan perhatian mereka dengan membangun curiosity gap, atau tanda tanya yang membuat mereka ingin mencari tahu lebih lanjut.
Salah satu contoh konten yang unexpected adalah film The Blair Witch Project. Film yang dirilis pada tahun 1999 ini merupakan film dokumenter. Pada saat itu film ini sangat ramai dibicarakan, karena beredar kabar kalau mahasiswa yang membuat film dokumenter itu menghilang.
Teknik marketing yang sangat baik dan dapat membangun curiosity gap, akhirnya membuat film yang sebenarnya merupakan fiktif ini sukses dan ditonton banyak orang.
3. Concrete
Konsep dari prinsip yang satu ini adalah dengan menunjukkan, bukan menceritakan. Menjelaskan berbagai kelebihan dari produk yang kamu luncurkan, tapi tanpa menunjukkan secara konkret, tidak akan serta merta membuat audience percaya. Diperlukan juga bukti.
Gunakan bahasa ataupun visual yang membuat audience dapat melihat dan membayangkan. Sebagai contohnya, adalah saat memasarkan handphone yang kuat dan tahan air. Dengan menyebutkannya saja tak akan langsung membuat target audience percaya. Tapi, jika dibuat juga ad yang menunjukkan handphone tersebut dijatuhkan dari ketinggian, atau direndam dalam air dan tetap tidak rusak? Lebih meyakinkan, bukan?
4. Credible
via freepic.com
Banyak yang beranggapan kalau data statistik lebih dipercaya dan dapat membangun kredibilitas. Tapi, pada kenyatannya data angka memang bisa membantu membangun rasa percaya. Namun, tidak mudah diingat. Lalu, bagaimana cara untuk menunjukkan kredibilitas yang mudah diingat? Jawabannya adalah dengan menggunakan perbandingan.
Sebagai contoh, dalam 100 gram popcorn memiliki kandungan sekitar 375 kalori. Dengan menyebutkan angka, siapa pun pasti tahu kalo kandungannya besar. Tapi, begitu disebutkan kalau lemak yang terkandung dalam 100 gram popcorn sama dengan mengonsumsi steak, kentang goreng, burger. Kita akan benar-benar paham bahwa lemak yang terkandung di dalamnya memang besar.
Contoh lainnya adalah iklan cat rambut. Disebutkan kalau menggunakan cat rambut tersebut akan membuat penggunanya terlihat 20 tahun lebih muda. Pasti tidak akan mudah membuat audience percaya. Namun, brand tersebut menunjukkan perbandingan dalam bentuk visual. Terlihat model pria dengan rambut yang setengah bagiannya berwarna putih, dan setengahnya lagi hitam.
Begitu tangan kita tutup setengah bagian wajah yang berambut hitam, terlihat pria yang berusia 50 tahun ke atas. Tapi, jika yang ditutup adalah wajah sebelahnya, wajah pria dengan menggunakan cat rambut hitam terlihat lebih muda.
5. Emotional & Stories
Prinsip terakhir dalam membangun konten yang mudah diingat dan viral adalah mengaitkannya dengan cerita dan melibatkan emosi. Seperti yang disebutkan oleh Prof Jonah Berger, semakin kita melibatkan emosi, semakin besar kemungkinan audience mengingat apa yang kita katakan.
Contohnya adalah dalam hal pembayaran pajak. Uang yang kita keluarkan secara rutin untuk membayar pajak digunakan untuk pembangunan. Mengetahui hal ini, mungkin masih ada orang-orang yang malas untuk membayar pajak dan merasa terpaksa.
Tapi, jika disebutkan pajak yang kita keluarkan digunakan untuk membangun jalan, membangun tempat para wisata, hingga membantu orang-orang miskin. Tentu sudut pandang audience akan berubah.
Kesimpulan
Simple, Unexpected, Concrete, Credible, Emotional, Stories, itulah prinsip dalam membuat konten agar mudah diingat serta menjadi viral. Semua prinsip ini bisa digunakan untuk berbagai tipe konten, baik konten tulisan ataupun video.