Soft skill paling penting adalah komunikasi, bagaimana kita berinteraksi dengan berbagai macam orang. Bagaimanapun juga, dunia konten butuh kerja sama tim dan briefing harus disampaikan dengan baik.
Content strategy adalah hal penting yang wajib dilakukan agar content yang diproduksi sejalan dengan tujuan dan tepat sasaran. Bahkan, di era digital ini profesi content strategyst dibutuhkan di banyak perusahaan. Nah, bagaimana sih dunia kerjanya? Bagaimana cara mengukur kesuksesan content yang dibuat? Kali ini ada ka Nisa yang akan berbagi pengalamannya hingga menjadi Digital content strategist.
Apakah bekerja di bidang content sudah menjadi passion sejak dulu? Bagaimana awalnya bisa terjun ke bidang satu ini?
Awalnya, saya mulai bekerja di sebuah perusahaan majalah cetak yang mengulas seluk-beluk lifestyle masyarakat Jakarta. Pengalaman di bagian redaksional membawa saya terjun ke bidang content. Saya dipercaya menjadi Editor Content di Kincir.com yang pada saat itu mengulas lifestyle anak muda yang berfokus pada bahasan mengenai film dan game.
Di sinilah saya mendapat tantangan baru dan belajar banyak mengenai pekerjaan digital content. Tidak hanya membuat tulisan yang baik, tetapi juga membaca data traffic dan menganalisisnya sehingga dapat mengarahkan tim redaksi menghasilkan konten-konten yang informatif sekaligus rekreatif.
Saat ini saya mendapat tantangan baru di Indoesports.com. Tidak hanya meningkatkan traffic, tetapi juga membangun engagement pada komunitas yang segmented, yaitu esports (olahraga elektronik).
Apa saja tanggung jawab ka Nisa sebagai Digital content strategist?
Tanggung jawabku saat ini mengarahkan penulis untuk membuat konten artikel berkualitas sekaligus menarik berdasarkan riset dan data. Riset merujuk pada tren yang sedang terjadi, sedangkan data mengacu pada capaian konten yang sudah dibuat.
Berdasarkan data, saya melakukan analisis bagaimana performa konten, misalnya seminggu atau sebulan, lalu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hasil analisis dan pantauan tren saya jadikan insight untuk berdiskusi dengan penulis dan menyusun rencana konten.
Saya juga memberikan arahan untuk content marketing, mulai dari menyampaikan briefing ke tim penulis, mendiskusikan topik, hingga boosting konten melalui ads agar KPI yang dibutuhkan tercapai.
Biasanya bagaimana cara mengukur kesuksesan strategi content yang dibuat?
Cara paling sederhana tentu dari traffic, seberapa banyak konten tersebut dilihat secara organic. Akan tetapi, ada faktor lain juga, seperti apakah konten tersebut banyak di-share. Artinya, konten itu tidak hanya disenangi, tetapi juga bermanfaat dan memberikan dampak bagi audiens sehingga mereka dengan senang hati membagikan kepada orang lain.
Baca juga: SUCCES – 6 Prinsip Untuk Membuat Ide Mudah Diingat Audience
Selama bekerja, apakah pernah ada perbedaan pendapat mengenai strategi atau plan yang dibuat dengan anggota tim?
Tentu saja ada. Salah satu tuntutan dalam bidang digital content adalah traffic. Di satu sisi, menjaring minat banyak orang bisa dilakukan dengan cara membuat konten yang sudah pasti disenangi mereka. Namun, sebagai media yang segmented, kami merasa harus menjaga kualitas supaya tetap dipercaya oleh para audiens kami.
Saat itu bagaimana cara mengatasinya?
Akhirnya, setelah melalui proses diskusi, tantangan ini kami olah menjadi salah satu kelebihan kami, yaitu membahas hal yang relevan bagi masyarakat dalam bahasan yang serius dan insightful melalui riset dan pemilihan narasumber terpercaya. Penyajiannya pun kami sesuaikan dengan target audiens, menguatkan unsur fun agar informasi bisa lebih mudah diterima.
Jika waktu bisa diputar lagi, skill atau hal apa sih yang ka Nisa pikir seharusnya sudah dipelajari ketika awal bekerja di dunia content?
Soft skill paling penting adalah komunikasi, bagaimana kita berinteraksi dengan berbagai macam orang. Bagaimanapun juga, dunia konten butuh kerja sama tim dan briefing harus disampaikan dengan baik. Tidak hanya dengan tim, tetapi juga divisi lain yang berkaitan, misalnya marketing. Dari skill komunikasi itu juga, kita bisa menjadi representasi media tempat kita bekerja.
Untuk hard skill, saya rasa selain menulis, kemampuan graphic design atau video editing juga penting. Membuat konten tidak hanya dalam bentuk artikel, tetapi juga lewat media sosial yang lebih menonjolkan unsur visual.
Berdasarkan hasil studi, attention span orang-orang saat ini semakin pendek sehingga membuat minat membaca semakin menurun. Nah, menurut ka Nisa apakah membuat content dalam bentuk tulisan seperti artikel masih efektif dalam pemasaran?
Sebenarnya, bergantung pada minat audiens. Sekarang, saya bekerja di sebuah media yang fokus membahas dunia esports. Asumsinya, audiens esports lebih suka menonton ketimbang membaca. Namun, belum tentu sama sekali tidak ada yang membaca.
Kalau kita bisa mengetahui kebutuhan informasi mereka secara spesifik, mereka akan membaca artikel yang kita buat. Apalagi, jika kita bisa menyajikan informasi tersebut dengan gaya penulisan yang menyenangkan, bisa jadi mereka akan mengingat nama media kita dan menjadikannya referensi mereka.
Baca juga: 4 Tips Menulis Artikel yang Membuat Pembaca Tidak Cepat Berpaling
Jadi, pihak kreator harus bisa menyesuaikan. Menurut saya, menghasilkan artikel yang baik tidak lagi semata membuat tulisan yang bagus, tetapi juga menyajikannya agar mudah dibaca. Menyertakan gambar pendukung, bagaimana layout-nya, apakah paragrafnya terlalu panjang adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan.
Terakhir, pesan untuk teman-teman yang masih mencari pekerjaan di bidang content?
Skill paling penting menurut saya dalam bidang digital content adalah semangat belajar yang tinggi. Ya, menurut saya kemauan untuk belajar adalah sebuah skill karena tidak semua orang punya itu.
Dunia digital content begitu dinamis. Kita punya banyak platform dengan keunikan masing-masing. Ke depannya pun masih akan berkembang. Karena itulah, kita harus terus semangat mempelajari banyak hal.
Belajar tidak hanya soal mencoba hal baru, tetapi juga memperdalam referensi dari apa yang kita kerjakan. Misalnya, menulis. Perbanyaklah membaca dan sering-seringlah bereksperimen dalam membuat tulisan sehingga kita akan bisa membuat tulisan yang baik untuk platform apapun.
Dari sesi sharing bersama ka Nisa ini, jadi lebih paham scope of work dan juga tahu skill-skill yang dibutuhkan untuk berkarir menjadi content strategist, bukan? Semangat untuk terus mengasah skill-mu!