Selalu open dengan hal baru dan kritik, serta selalu allowing yourself to make mistakes and be a beginner. Karena kita akan selalu bertemu dengan hal baru dan berbeda setiap harinya di industri kreatif.
Digital agency bisa dibilang adalah kantor impian bagi orang-orang yang ingin bekerja di industri kreatif. Salah satunya yang berkaitan dengan perencanaan dan produksi content. Tapi, berhubung agency itu berurusan dengan yang namanya project-project, jadi banyak yang berpikiran kalau pekerjannya harus sering lembur. Apa memang iya?
Nah, untuk teman-teman BCM yang ingin tahu jawabannya dan ingin bekerja di agency sebagai Content strategyst, Content Specialist, atau bahkan Content manager, Dindra yang saat ini berprofesi sebagai Content Manager di OLRANGE berbagi pengalaman dan day to day-nya saat bekerja. Yuk, langsung aja cek wawancara lengkapnya berikut ini:
Halo Dindra! Boleh diceritain sedikit alasan kamu memilih kerja di bidang content creative?
Awalnya setelah lulus kuliah, aku belum ada pikiran untuk bekerja di bidang ini. Lalu kebetulan aku dapat first job untuk jadi Content writer di sebuah media publisher. Dari pekerjaan inilah paparan pertamaku untuk ke dunia content creative dan akhirnya mulai ada pikiran untuk seriusin karir di bidang ini.
Sekarang ini kan kamu menjadi Content Manager. Nah, bagaimana sih day to day kamu saat bekerja?
Sehari-harinya aku banyak berurusan dengan orkestrasi konten untuk menjalankan brand campaign. Prosesnya biasanya dimulai dari peramuan ide konsep awal campaign yang akan dijalankan.
Setelah ide diterima oleh klien, aku akan menurunkan konsep yang sudah disetujui menjadi item-item yang akan dipakai untuk men-support campaign tersebut. Misalnya konsep kolaborasi dengan KOL, paket bundling dengan merchant, hero video, hingga konten on-asset untuk meng-amplify campaign.
Selanjutnya, aku akan oversee item-item di atas agar berjalan sesuai dengan objektif klien dan align dengan semua ‘suara’ brand dalam berbagai channel yang dimilikinya.
Oke. Jadi kuncinya, jangan lupa untuk menyesuaikan dengan objektif klien & brand voice, ya.
Kalau dari pengalaman Dindra kerja di agency, sejauh ini hal-hal menyenangkan apa sih yang kamu rasain?
Hal menyenangkan yang aku rasakan itu adalah proses kreatif yang rasanya tanpa batas. Bekerja diantara orang-orang kreatif selalu membuatku amaze akan ide-ide ‘brilian’ yang kayaknya gak ada habis-habisnya. Kerja di agency juga membuat aku selalu up-to-date dengan info dan tren yang ada. Aku juga dituntut selalu belajar untuk bisa ‘riding the trend’ dan ‘mengkawinkannya’ dengan brand yang aku asuh supaya brand bisa selalu relate dan dekat dengan audiens-nya.
Seru sekali! Nah, banyak yang berpendapat kalau bekerja di agency harus siap kerja kapan aja. Pendapat kamu untuk hal ini?
Gambaran ini gak selalu valid, walaupun gak bisa dibilang salah juga. Memang ada kalanya kita dituntut untuk bisa terus on hampir 24 jam (misal saat musim pitching, atau saat campaign berjalan) tapi itu gak selalu terjadi kok. Ada juga hari santai dimana load kerja gak terlalu banyak jadi kita masih bisa have fun.
Menurutku di lingkungan kerja yang seperti ini penting untuk kita punya ‘boundaries’ supaya masih bisa punya ‘me time’ untuk fokus ke hal lain di luar kerjaan. Prinsipku adalah untuk selalu on time mulai kerja di jam 8 pagi sehingga apa yang harus ku share ke orang-orang lain bisa rampung sebelum office hour selesai, jadi gak memberatkan orang lain yang bekerja bareng juga.
Jadi, sebenarnya gak selalu lembur, ya. Ada juga hari yang gak banyak load kerjanya.
Berbicara soal skill, menurut kamu 3 skill penting yang harus dimiliki teman-teman yang mempunyai goals menjadi Content manager, itu apa aja?
Pertama analytical skill, untuk mengidentifikasi solusi yang bisa kita bawa untuk menjawab objektif klien. Karena menurutku proses kreatif itu gak sekedar punya ‘ide gila’ tapi juga bagaimana ide yang diusulkan harus didasari dengan logika yang mumpuni. Supaya pas implementasinya gak ‘ngawang’ dan bisa diterima dengan baik dan membekas oleh audience.
Kedua, melihat project dengan bird’s eye view serta jadi orang yang solution oriented. Menurutku ini penting karena saat menjalankan project itu banyak banget ‘perintilan’ yang harus diurusin. Dengan membiasakan diri punya sudut pandang yang luas saat menjalankan proyek, kita jadi bisa point out apa yang kayanya gak sesuai/ bisa diimprove lagi, atau menyediakan solusi untuk menghasilkan outcome terbaik.
Ketiga, untuk bisa perform well under pressure. Kerja di bidang service itu erat kaitannya dengan tekanan. Menurutku penting untuk bisa maintain tekanan tersebut supaya gak malah ‘eating us out’. Trik ku adalah selalu menganggap task ini adalah kerjaan semata dan orang-orang yang berhubungan sama kita juga hanya menjalankan tugasnya jadi no hard feeling dalam bekerja. Pastiin juga untuk meluangkan waktu untuk diri kita sendiri supaya gak gampang burn out saat kerja.
Gak dipungkiri setiap bidang pekerjaan pasti ada pressure-nya tersendiri. Kalau Dindra, gimana sih cara kamu tetep jaga performa dan menghindari burn out?
Aku biasanya minimalisir banget harus bekerja saat weekend. Jadi biasanya aku hanya akan bisa di contact via chat (no call) saat weekend, dan aku pastiin semua hal yang harus aku kerjain rampung di jumat malem. Supaya aku bisa fokus dengan diriku sendiri pas weekend. Untuk isi kegiatan pas weekend juga aku biasanya sengajain bangun lebih pagi supaya lebih banyak hal yang bisa dikerjain, jadinya weekend-nya meaningful dan biar gak terasa lewat gitu aja.
Bisa dibilang, jangan lupa untuk menjaga keseimbangan sama kehidupan kita, ya =)
Ketika membuat strategi atau mencari ide konten, biasanya gimana cara kamu bisa dapetin inspirasi?
Aku biasanya suka nyari inspirasi dengan ngeliat konten-konten dari industri yang sama di luar negeri. Aku juga suka mantengin ads-ads yang muncul di sosmed dan coba perhatiin kira-kira apa yang membuat aku ingin klik untuk tau lebih jauh, atau malah pingin buru-buru skip. Biasanya aku juga suka diskusiin sama temen-temen yang lain kira-kira apa pendapat mereka soal ads itu. Itung-itung sebagai AB testing, kalau mau menjalankan ads serupa.
Baca juga: 7 Langkah Membuat Content Strategy & Perbedaannya dengan Content Marketing
Menurut kamu dalam membuat strategi untuk content website dan social media samakah?
Hmm kayanya agak berbeda approach-nya, karena website dan social media menurutku ada di funnel yang berbeda. Kalau konten di social media lebih banyak ada di funnel awareness dan interest, maka content website mungkin lebih banyak di funnel desire dan action porsinya. Jadi karena objective-nya berbeda, butuh pendekatan yang sedikit berbeda untuk ‘meramu’ content di website dan di socmed.
Untuk yang tertarik bekerja di dunia agency, tips dari Dindra untuk bisa mempersiapkan diri lebih maksimal?
Tips dari aku adalah untuk selalu open dengan hal baru dan kritik, serta selalu allowing yourself to make mistakes and be a beginner. Karena kita akan selalu bertemu dengan hal baru dan berbeda setiap harinya di industri kreatif. Karena itu, ‘bikin salah’ bisa jadi langkah pertama kita untuk beradaptasi.
Dari sharing session bareng Dindra kali ini, jadi lebih tahu ya gambaran pekerjaan yang berkaitan dengan content di digital agency. Thanks ya inspirasi & tipsnya, Din!
Untuk temen-temen yang ingin belajar tentang perkontenan, jangan lupa juga cek content lainnya yang ada di BCM, ya.