
Aku merasa dengan menjadi freelancer, client akan lebih pay attention sama kamu untuk memastikan pekerjaan itu berkualitas & selesai tepat waktu.
Ingin bekerja di bidang content, tapi merasa gak cocok kerja kantoran? Atau mungkin kamu ingin bisa menyelesaikan pekerjaan di mana saja? Jika berpikiran demikian, kerja remote atau menjadi seorang freelancer adalah jenis pekerjaan yang cocok denganmu.
Sesuai dengan topiknya, kali ini Shinta Erdiana, berbagai pengalamannya. Setelah menyelesaikan S2-nya di Vrije Universiteit Brussel, Belgia, Shinta memutuskan untuk bekerja kantoran. Tapi, jauh sebelum itu, Shinta pernah bekerja remote. Sebagai gambaran mengenai pekerjaan ini, mari simak wawancara dengan Shinta berikut.
Bagaimana caranya kamu bisa mendapatkan projek di bidang content?
Awalnya karena tante butuh English transcript writer dan aku mengajukan diri untuk mencoba. Alhasil, karena hasilnya cukup memuaskan aku lebih pede untuk menceritakan pengalaman ini ke teman-teman yang membutuhkan English writer/translator.
Kalau dari sudut pandang kamu, apa sih kekurangan & kelebihannya kerja remote & freelance dibanding bekerja full time di kantor?
Jujur sepertinya lebih banyak kelebihan karena aku suka lari pagi. haha. Jadi, bisa melakukan hal yang aku suka dulu sebelum melanjutkan aktivitas. Aku merasa dengan menjadi freelancer, client akan lebih pay attention sama kamu untuk memastikan pekerjaan itu berkualitas & selesai tepat waktu. Jadi aku pun akan merasa lebih semangat untuk menyelesaikan assignment itu.
Tempat favoritmu menyelesaikan pekerjaan?
Di rumah, atau kalau suntuk aku biasa ke cafe yang semi outdoor.
Banyak yang beranggapan kalau tantangan dari bekerja remote ini adalah manajemen waktu, menurut kamu bagaimana cara untuk menyiasatinya agar projek dapat terselesaikan sesuai deadline?
Biasanya aku tanya client untuk deadline, dan apakah mereka mau lihat progress dari project itu atau tidak. Kalau misalnya, client mau lihat progress aku akan coba selesaikan lebih awal untuk mengantisipasi revisi.
Paling tidak bisa ukur waktu dan diri karena ada content yang butuh research dan ada yang butuh mood. haha. Jangan sampai karena tidak ada supervisi langsung, jadi tidak punya batasan.
Kamu kan pernah menangani projek berbahasa Inggris. Itu butuh menyertakan sertifikat kemampuan bahasa Inggris seperti TOEFL/IELTS gak sih?
Tidak perlu, karena biasa yang hire aku udah pernah lihat aku bicara atau menulis dengan bahasa Inggris. Kalau dulu aku suka post caption Inggris aja di IG atau twitter dari sana orang bisa melihat kok.
Menurut kamu, untuk fresh graduate atau pemula yang masih belum memiliki pengalaman bekerja, hal atau skill apa saja yang harus dipersiapkan untuk bisa mendapatkan projek?
Pastinya nice and open attitude ya, karena misalnya masih dalam mencari pekerjaan tetap harus bisa membawa diri, menunjukan kamu punya skills yang bisa ditawarkan. Oh ya, sedikit saran mungkin memang tujuan bekerja mencari penghasilan tapi untuk pemula ini jangan dijadikan faktor utama kamu megambil suatu pekerjaan. Dulu aku terima berapa pun, sekalipun hanya ditraktir makan 🙂
Yang penting kita tunjukan keseriusan kita, Insyaa Allah orang lain akan mulai memperhitungkan kita. Selain punya attitude yang baik, paling tidak kamu punya 1 skill yang mudah dikenali banyak orang atau orang-orang terdekat kamu. Karena jika itu betul benar-benar oke, teman/keluarga kamu pasti akan mengingat dan tak sungkan untuk merekomendasikan kamu. Good luck!
Setelah mendengar jawaban-jawaban Shinta, semakin yakin untuk memilih bekerja remote/freelance? Jika ada pertanyaan seputar kerja remote atau bidang afiliasi marketing yang Shinta jalani saat ini, kamu bisa mengkontaknya melalui LinkedIn atau Instagram-nya.