Aku percaya perasaan buruk tentang apapun yang dipendam terlalu lama bisa bikin sakit secara fisik, baik cepat atau lambat. Jadi, saat aku burnout, aku ungkapkan rasa itu ke orang-orang terdekatku. Bukan untuk meminta solusi, tapi hanya ingin didengarkan saja. Trik ini cukup menolong untuk meredakan rasa burnout, lho.
Tertarik ingin menjadi Content Marketer, tapi belum punya pengalaman sama sekali di bidang ini? Ingin bekerja di e-commerce, tapi masih bingung soal scope of work-nya? Nah, Ivana Livia, seorang Content Marketing Specialist muda dan berbakat berbagi pengalamannya di sini. Selain sharing pengalamannya dari mulai awal meniti karir hingga bisa mencapai posisi saat ini, Ivana juga punya tips untuk mengatasi burnout serta tips menghadapi wawancara bagi fresh graduate.
Halo Ivana. Apa sih alasan kamu memilih berkarir sebagai Content Marketing Specialist?
Aku justru nggak ada ekspektasi untuk berkarir di bidang ini, lho. Aku lulusan Ilmu Komunikasi salah satu universitas swasta di Kabupaten Tangerang dan fokus studiku adalah jurnalistik. Seharusnya ketika aku sudah jadi sarjana, pekerjaan yang juga cita-cita awalku adalah seorang reporter. Tapi pada nyatanya tidak. Hahaha.
Momen di mana aku sadar bahwa jalan karierku bukan di bidang jurnalistik adalah ketika aku kerja magang menjadi reporter di salah satu media ekonomi ternama di Indonesia. Saat itu, aku merasa bahwa panggilanku bukan di sini. Jam kerja yang nggak menentu dan dibutuhkannya tenaga ekstra membuat aku mundur perlahan (ditambah aku juga punya kondisi fisik yang lemah).
Maka dari itu, aku mulai mencari pekerjaan lain yang nggak jauh dari hal yang dipelajari semasa kuliah, tentunya dengan jam kerja yang lebih jelas. Tepatnya, aku mencari pekerjaan sebagai content creator, baik tulisan maupun audio visual. Sampai pada akhirnya, aku mendapatkan pekerjaan sebagai Content Marketing di salah satu e-commerce home & living ternama di Indonesia, Dekoruma.
Wah keren sekali! Sudah banyak sekali pengalaman Ivana. Nah, di tempat kerja saat ini hal atau skill apa saja yang dibutuhkan dalam bekerja?
Karena aku berfokus pada konten tulisan, tentunya kemampuan dasar menulis itu perlu banget. Nggak terbatas merangkai kalimat yang menarik, pengetahuan soal variasi kosakata dan penggunaan tanda baca serta EYD juga perlu dipahami.
Menguasai teknik Search Engine Optimization (SEO) juga perlu. Salah satu teknik marketing ini berfokus pada cara sebuah situs mendapatkan posisi teratas di search engine secara organik, baik di Google maupun search engine lainnya. Nah, ketika seorang content marketer membuat sebuah artikel, ia harus mengaplikasikan teknik SEO yang tepat agar artikelnya bisa mendapatkan posisi teratas search engine sesuai dengan target kata kunci yang dipilih.
Setelah itu, skill selanjutnya adalah harus peka terhadap isu yang lagi ngetren, khususnya di bidang home & living. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia sekarang lebih suka desain interior kombinasi minimalis dan skandinavia. Aku harus bisa membuat artikel soal topik tersebut, baik berupa tips menata rumah atau inspirasi desain yang bisa pembaca contoh untuk hunian mereka.
Kemampuan untuk menganalisis data juga dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar kita lebih tahu ingin membuat konten yang seperti apa. Metrics yang dipakai aku adalah traffic dan ranking. Kebetulan, aku nggak hanya jaga gawang di konten artikel saja, tapi mengawasi pergerakan traffic dan ranking tiap business unit.
Baca juga: 23 Istilah yang Wajib Diketahui Siapa pun yang Tertarik dengan Content Marketing
Jika traffic naik di artikel tertentu, aku dan tim biasanya akan bikin konten yang serupa. Untuk ranking, apabila ranking turun, aku harus menganalisa penyebabnya dan cara mengatasinya agar bisa kembali ke posisi semula.
Analisis data juga berhubungan dengan profil pembaca. Dengan mengetahui profil pembaca, kita bisa menciptakan konten baru yang sesuai dengan apa yang mereka cari. Jika profil pembacanya adalah ibu rumah tangga, artikel yang dibuat bisa berupa inspirasi desain dapur atau ruang keluarga. Beda dengan pembaca bapak-bapak, biasanya mereka mencari artikel soal material bangunan dan furnitur.
Terakhir, seorang content marketer harus terus mencari inisiatif baru dalam membuat konten-kontennya agar menarik para pembaca baru yang mungkin bisa jadi customer tetap perusahaan. Jadi, konten yang dibuat nggak melulu artikel listicle. Infografik, content newsletter, studi kasus, hingga artikel rekomendasi produk bisa jadi opsi agar konten lebih bervariasi.
Kalau dari lingkungan kerjanya, Content Marketing Specialist bekerja dengan divisi apa aja sih?
Aku bekerja dengan tim Marketing Business, Brand and Communication, dan Engineer. Ketiganya punya peran yang berbeda-beda. Tim Marketing Business biasanya lebih menanyakan bagaimana kondisi organic traffic dan ranking situs secara keseluruhan karena sangat berhubungan dengan penjualan harian. Untuk perihal penyelarasan brand message, tim aku tektok dengan tim Brand and Communication. Jika kondisi traffic dan ranking turun, aku sering bertanya ke tim Engineer apakah mereka sedang melaksanakan perubahan layout website atau hal lainnya.
Apakah profesi kamu ini seringkali mengharuskan kamu untuk lembur?
Nggak, kok, selama aku bisa mengatur waktu dengan baik. Hahaha. Sebelum COVID-19 merebak di Indonesia, aku jarang lembur. Kalau lembur pun, biasanya karena ada project tambahan atau menyelesaikan pekerjaan jatah hari besoknya karena aku cuti.
Tapi ketika sudah mulai ada kebijakan work from home dan aku bekerja di kamar terus, aku jadi sering lembur karena tergoda oleh indahnya kasur. Dalam sehari, aku minimal sekali istirahat di kasur saat jam kerja, yang berdampak pada durasi kerja aku juga. Hahaha.
Sependapat! hehe. Wfh kadang bikin kita lupa waktu ya.
Berbicara pengalaman atau pencapaian, adakah yang berkesan?
Mungkin lebih ke pengalaman kali, ya. Aku nggak pernah menyangka akan menyentuh SEO sampai sejauh ini. Saat aku masuk di perusahaan aku sekarang, ekspektasiku adalah hanya belajar soal content marketing secara lebih mendalam karena aku sangat tertarik dengan hal-hal berbau komunikasi, baik verbal maupun tulisan.
Seiring berjalannya waktu, aku diberi kesempatan untuk belajar SEO secara lebih teknikal, menganalisis pergerakan traffic serta ranking, dan cara mengatasi apabila terjadi krisis. Untuk mempelajarinya pun nggak mudah. Aku inget banget, hampir setiap hari aku nangis karena takut nggak capable untuk belajar hal ini dan takut mengecewakan orang-orang yang sudah percaya sama aku.
Ketika aku sudah menjalaninya hingga sejauh ini, aku sangat bersyukur punya pengalaman tersebut. Justru dengan air mata yang berember-ember itu, aku nggak hanya mahir di bidang tulis menulis, tapi juga mulai merambah perlahan ke SEO technical. Aku juga sangat bersyukur karena atasan aku selalu dukung apa yang aku lakukan dan selalu ada ketika aku kesulitan belajar SEO technical.
Baca juga: 15+ Content Marketing Tools untuk Memaksimalkan Strategi & Meningkatkan Performa Content
Bagaimana dengan tantangannya, apakah kamu pernah burnout?
Aku yakin di semua pekerjaan pasti ada titik burnout, sih. Aku mulai tahu kalau aku burnout ketika aku udah nggak bersemangat memulai hari, mudah lelah, dan overthinking-ku meningkat tajam dari biasanya.
Untuk mengurangi burnout tersebut, aku biasanya ambil cuti satu hingga dua hari berdekatan dengan weekend. Cuti itu aku gunakan untuk heal myself, entah itu mau tidur seharian, beres-beres rumah, relaksasi, ambil kelas tari, atau pergi traveling. Tapi karena masih COVID-19, aku agak jarang pergi ke luar kota, jadi penggantinya adalah pergi ke mal. Haha.
Aku percaya perasaan buruk tentang apapun yang dipendam terlalu lama bisa bikin sakit secara fisik, baik cepat atau lambat. Jadi, saat aku burnout, aku ungkapkan rasa itu ke orang-orang terdekatku. Bukan untuk meminta solusi, tapi hanya ingin didengarkan saja. Trik ini cukup menolong untuk meredakan rasa burnout, lho. Hehehe.
Burnout memang berbahaya banget gak cuma untuk karir tapi juga fisik dan mental kita ya.
Selanjutnya… ada berbagai brand maupun media yang bergerak dalam bidang beauty, tech, hingga interior. Menurut kamu, sebagai seorang Content Marketer kita hanya perlu memilih satu bidang yang dikuasai saja, atau sebaiknya fleksibel mau menguasai semua bidang?
Aku lebih cenderung ke pilihan kedua, ya. Tapi nggak harus menguasai semua topik yang ada karena aku yakin pasti akan meledak. Hahaha.
Ketika menguasai beberapa topik, spesialisasi kamu akan lebih luas dan itu akan jadi nilai plus. Jadi nggak cuman jago di topik A, tapi jago juga di topik B, C, dan seterusnya.
Kelihatannya banyak banget, tapi untuk menguasai banyak topik itu perlu yang namanya proses. Proses tiap orang itu beda-beda. Ada yang cepat, ada yang lama. Hal yang perlu diingat, prosesnya harus dinikmati. Mungkin bisa dimulai dulu dari topik yang memang disukai atau berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, lalu lanjut ke topik-topik lainnya.
Nggak cuman jadi nilai plus untuk skill, menguasai beberapa topik itu juga membantu kita dalam menjalankan kehidupan. Waktu aku kerja magang di Kontan, aku jadi tahu istilah-istilah ekonomi yang belum pernah aku dengar hingga memahami strategi-strategi perusahaan dalam mempertahankan bisnis mereka. Jadi ketika aku mau bangun bisnis kecil-kecilan, aku bisa terapkan strategi mereka juga.
Baca juga: Cara Mengukur Keberhasilan Konten Bersama Digital Content Strategist – Annisa Arianita
Sama halnya saat aku kerja di Dekoruma. Aku jadi tahu banyak gaya desain interior, istilah-istilahnya, bahan-bahan furnitur, dan lainnya. Hal ini berguna saat aku ingin menentukan desain rumah impian aku, pengambilan keputusan dalam membeli rumah hingga printilan dekorasi, hingga melakukan beberapa tips hunian.
Pertanyaan terakhir, tips untuk teman-teman yang akan menghadapi wawancara di posisi yang sama seperti Ivana?
Sebelum teman-teman melakukan wawancara, persiapkan semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berpotensi untuk ditanyakan. Pelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan content marketing. Kalau misalkan nanti keluar pertanyaan yang nggak diduga, jawab sebisanya saja dan sejujur-jujurnya.
Siapkan juga CV dan portofolio kalian untuk berjaga-jaga. Hal yang paling penting, just be yourself. Semangat!
Dari sharing session bersama Ivana kali ini, jadi lebih punya gambaran detail untuk profesi Content Marketing Specialist, terutama di lingkungan kerja e-commerce home & living ya. Seperti yang Ivana bilang, just be yourself & semangat!