
Copywriting bukan bakat yang kita punya dari lahir, tapi dari pengalaman, latihan, trial error, dan kreativitas tentunya. Kalau gak rajin-rajin dilatih dan diasah, bisa ketinggalan tren dan jadi monoton copy-nya.
Kegiatan merangkai kata dengan tujuan marketing, atau yang kita kenal dengan copywriting, merupakan bagian esensial dari digital marketing. Hal ini dikarenakan copywriting yang dibuat oleh copywriter, bertujuan untuk menarik perhatian audiens, hingga membuat mereka melakukan tindakan.
Bila kamu ingin memilih copywriter sebagai karirmu, Wai yang kini berprofesi sebagai lead copywriter memberikan gambaran secara detail mengenai profesinya ini melalui sesi sharing berikut ini.
Hi Wai! Boleh tahukah kenapa kamu memilih karir menjadi seorang copywriter?
Sebenarnya aku dari kecil udah suka banget sama bahasa asing, dan waktu kuliah memutuskan buat coba daftar jadi admin salah satu akun Twitter yang fokusnya membagikan materi belajar bahasa Inggris setiap hari.
Dari jadi admin itu, baru sadar kalau ternyata seru, ya, ngulik-ngulik penulisan yang menarik buat audiens. Setelah lulus kuliah, aku mulai meniti karir jadi creative copywriter di salah satu digital agency, dan ditekunin sampai sekarang, deh.
Apasih hal yang menyenangkan selama berkarir di bidang kreatif ini?
Jadi copywriter itu menurut aku seru, karena selalu ada ruang buat kita berpikir kreatif. Nggak cuma bisa sekali dua kali, tapi bisa tiap hari. hahaha. Seneng banget kalau copy dan ide yang kita bikin bisa perform dengan baik dan punya emotional attachment sama audiens. Rasanya puas banget!
Kalau untuk scope of work sebagai lead copywriter di perusahaan saat ini apa sajakah? Terus biasanya hasil copywriting digunakan dimana saja?
Sebagai lead copywriter, aku berperan dalam membuat brand language style guide supaya komunikasi marketing kita seragam dan punya karakter yang merepresentasikan brand.
Selain itu, aku juga biasanya ngerjain kebutuhan copywriting buat campaign-campaign yang skalanya besar, campaign tahunan misalnya, yang perlu bikin iklan TV, billboard, dan segala turunannya.
Tapi karena ukuran tim copywriter di kantor aku terbilang kecil, aku juga ada mengambil peran untuk sebagian eksekusi task copywriting sehari-hari, seperti buat socia media dan digital ads.
Kalau untuk artikel, kita ada content writer sendiri yang tergabung ke tim blog, jadi nggak dikerjain sama aku dan tim aku.
Jadi bisa membayangkan pekerjaan sehari-hari Wai. Terima kasih infonya!
Berhubungan dengan kerjasama, apakah seorang copywriter berkolaborasi dengan divisi lainnya?
Iya, kita banyak berkolaborasi sama tim-tim lain juga. Harus, malah. Selama proses ideation, kita banyak banget berkolaborasi sama tim brand dan marketing lainnya buat ngegali audience insight dan objective kita.
Kalau udah dapet informasi yang cukup, baru deh kita pikirin eksekusi copy-nya gimana, dan di fase ini kita kolaborasi sama graphic designer dan motion graphic designer buat memastikan kalo message yang kita mau sampaikan lewat copy bisa didukung juga sama visual.
Nah, banyak yang bilang kalau copywriting itu dari jumlah katanya lebih fleksibel dari content writing. Sejauh ini copy terpendek yang pernah Wai tulis, jumlah katanya berapa banyakkah?
Iya betul, copywriting memang gak ada aturan tertulis soal batas minimal/maksimal kata yang dipake, tapi emang hampir selalu pendek ya karena hakikatnya copywriting itu simpel dan direct. Sejauh ini kalau ngomongin terpendek (dan yang beneran crafting dari awal) sepertinya 3 kata, buat tagline campaign.
Menurut kamu, dari segi kesulitannya lebih sulit membuat short copy atau long copy?
Short! Hahaha kayaknya temen-temen writer lain kalau ditanya juga mostly akan setuju sama aku. Walau kata-katanya lebih dikit, justru lebih susah karena milih katanya harus yang palinggg pas.
Nggak boleh ada kata yang sia-sia, semua harus meaningful dan bisa bawa message yang mau kita sampaikan.
Berarti dalam membuat copy kita harus to the point ya. Jadinya gak ada kata yang sia-sia.
Pertanyaan selanjutnya, biasanya ketika menghadapi copywriter’s block ini apa yang Wai lakukan?
Biasanya kalau aku pasti akan cari cara untuk refreshing dengan jalan ke luar, sesimpel ke warung atau muter komplek aja udah membantu banget. Kalau nggak bisa ke luar (karena hujan, misalnya) ya coba melakukan hal lain yang pace-nya lebih lambat atau bisa dinikmati, kayak bikin kopi, bengong liatin ke luar jendela, ngobrol sama adik, atau mandi hahaha.
Kalau dalam proses belajar, ada teori yang menjelaskan bahwa otak kita itu bisa punya dua mode: Focused dan Diffuse. Simpelnya mode fokus dan santai lah, ya. Nah, mode fokus ini dibutuhkan buat hal-hal yang butuh konsentrasi.
Kayak nulis, baca, ngitung, memproses informasi baru. Kalo mode santai ini aktif pas kita lagi nggak bener-bener “kerja”, ya lagi bengong, lagi jalan-jalan gitu. Tapi, di mode ini justru otak kita lebih kreatif, makanya dalam ngide buat penulisan, penting buat kita aktifin mode ini dengan kegiatan-kegiatan santai.
Bisa jadi ide untuk teman-teman lain ketika mengalami writer’s block nih.
Adakah KPI atau tolak ukur kalau copy yang dibuat itu sudah bagus/memuaskan?
Sebenernya kalau KPI, tim copywriting ini KPI-nya jadi satu dengan tim kreatif, jadi barengan sama designers juga. KPI-nya mostly melalui performance ads dan social media, ngeliat hasil reach sama interactions-nya.
Namun karena performance tidak 100% dipengaruhi copywriting dan design, ya ada pertimbangan lain juga dalam penilaian. Untuk mendukung ini biasanya kita juga ngelakuin research ke audience dengan nanya pendapat mereka tentang materi kreatif kita, dari sini bisa ketauan apakah kita udah bikin copy dan visual yang cukup relate dengan audience atau masih kurang.
Kalau berbicara mengenai skill, kurang lebih skill apa saja yang dibutuhkan oleh seorang copywriter?
Kreativitas dan kemauan untuk belajar. Ini penting bangeeet! Semua orang bisa, kok, menekuni bidang copywriting kalo mau rajin belajar. Copywriting bukan bakat yang kita punya dari lahir, tapi dari pengalaman, latihan, trial error, dan kreativitas tentunya.
Kalau gak rajin-rajin dilatih dan diasah, bisa ketinggalan tren dan jadi monoton copy-nya. Selain itu, ketelitian dan kemampuan berbahasa Indonesia dan Inggris juga diperlukan.
Menurut kamu, adakah tips yang bisa dilakukan untuk mengasah kemampuan menulis copy untuk para fresh graduate/beginner?
Latihan dan observasi! Harus mau rajin-rajin latihan, dan harus aware sama tren marketing yang terjadi di sekitar kita. Sesimpel merhatiin dan coba analisis copywriting yang dilakukan brand lain, di social media, billboard, dan ads misalnya. Kira-kira kenapa, ya, kata-kata itu yang dipilih? Udah oke atau masih bisa di-improve, ya?
Untuk latihannya, bisa dengan iseng-iseng diterapkan di social media pribadi, atau bikin studi kasus dengan rework dan explore copy dari brand-brand yang udah ada. Ini bisa jadi portfolio juga, lho, biar dilirik recruiter.
Nggak bakal dimarahin, kok, kalo ngide pakai brand lain, hahaha, asal nggak kalian publish tanpa disclaimer bahwa itu adalah studi kasus, ya.
Terima kasih Wai sudah mau sharing pengalaman & insight-nya di BCM!
Jadi lebih terinspirasi untuk menjadi copywriter setelah menyimak jawaban-jawaban dari Wai? Ada pertanyaan lain terkait profesi ini yang ingin kamu ketahui? Kamu bisa menuliskannya di kolom komentar ya, teman BCM!
Artikel inspirasi lainnya: