Dulu aku menghabiskan banyak waktu di bagian menulis, apakah kata-katanya enak dipandang atau tidak. Padahal pembaca hanya membutuhkan informasi yang ringkas dan jelas. Akhirnya aku mulai memenuhi waktu dengan riset dulu. Ketika kamu full akan informasi, tulisan pun jadi lancar jaya!
Ketika mendengar profesi Editor di digital media dan brand, banyak yang berpikiran kalau tanggung jawab profesi ini hanya berfokus pada kegiatan mengedit konten sehingga memenuhi standar (dari segi bahasa maupun guideline perusahaan). Tapi, sebenarnya selain itu, ada tugas-tugas lain dari editor, lho.
Dana Delani, yang saat ini berprofesi sebagai Content Writer & Editor Senior Executive di Kanmo Group, berbagi pengalaman dan sudut pandang mengenai profesinya. Dana juga akan menjawab scope of work-nya sebagai editor nih teman BCM.
Halo Dana, terima kasih ya sudah mau meluangkan waktunya untuk sharing di BCM. Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai profesi kamu, boleh tau apa saja kesibukan Dana saat ini?
Hi! Sekarang aku bekerja sebagai Content Writer & Editor Senior Executive di Kanmo Group, sebuah perusahaan retail yang menaungi beberapa brand, seperti Justice, Mothercare, Coach, Kate Spade, dan masih banyak lagi.
Nah, brand-brand ini mulai masuk ke ranah e-commerce dan membutuhkan konten tulisan untuk meningkatkan traffic website, tidak hanya untuk Google tetapi juga media sosial. Tugasku tentunya membuat konten yang menarik supaya pembaca mau rajin datang ke website kita.
Selain itu, aku juga sangat aktif nge-blog di situsku sendiri, katadana.id. Kebetulan aku suka banget sama yang namanya travelling. Menurutku banyak informasi di luar sana yang belum tentu orang bisa dapat dari media. Jadi, daripada disimpan sendiri, semua cerita aku tumpahkan ke blog ini.
Ketika dijalani serius, ternyata blog-ku lumayan mengundang banyak traffic dan akhirnya berhasil lolos Google AdSense. Sekarang blog ini enggak cuma aku tulis dalam bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa Inggris untuk menarik pembaca mancanegara. Sekaligus mengenalkan keindahan Indonesia pastinya hehe.
Hmm, yang terakhir ini, aku baru banget terjun ke dunianya. Aku sedang mendalami bidang voice over. Awalnya aku cuma iseng kirim portfolio audio ke penyedia jasa Voice Talent di London, UK. Nah, sepertinya talent berbahasa Indonesia masih langka banget di sana sehingga aku kedapetan proyek deh (honestly portfolio yang aku kasih ke mereka baru hitungan jari loh hahaha).
Wah, multitalenta dan keren sekali pencapaian kamu sejauh ini, Dana!
Nah, kalau dari segi profesi utama, kamu kan menjadi senior Editor. Alasan kamu memilih profesi ini?
Bermula dari passion-ku di dunia tulis-menulis. Dari menulis biasa, kemudian terlatih untuk menulis advertorial, dan akhirnya sampai ke posisi editor.
Kalau dari pengalaman kamu, editor di digital media dan brand apakah sama atau justru berbeda?
Kalau ditanya editor di digital media dan brand apakah berbeda, pastinya beda. Di media, aku membuat iklan advertorial sesuai dengan keinginan klien. Materi dan gaya penulisan harus sesuai juga dengan klien.
Sebaliknya, kalau di brand, aku bisa bebas eksplorasi menggunakan aset digital yang ada dan menentukan sendiri konten-konten yang ingin aku angkat (tentunya masih sesuai dengan ‘wajah’ brand, ya).
Bagaimana dengan SOW-nya, apa saja tanggung jawab kamu sebagai editor?
Yang paling utama adalah supervise konten-konten sebelum terbit ke media. Menurutku, content editor harus berpikir lebih strategis dibandingkan penulis. Bagaimana membuat pembaca tidak bosan dengan tulisan kita or at least, membuat pembaca klik judul kita. Enggak gampang loh guys hehe.
Aku bertanggung jawab dalam pemilihan topik artikel juga. Biasanya aku akan melakukan brainstorming dengan klien – gaya penulisan apa yang mereka suka dan memberikan saran soal proses pembuatan advertorial nantinya. Selesai itu, aku akan berdiskusi dengan tim penulis, apakah ada tambahan ide dari mereka.
Biasanya bagaimana kamu memilih topik-topik untuk di-assign ke penulis?
Kadang ada media yang menugaskan beberapa penulis untuk industri tertentu. Nah, di tim-ku, semua penulis harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencoba semua industri. Tujuannya agar kita semua belajar gaya penulisan yang berbeda-beda. Jadi, jangan kaget kalau penulis cewek bisa menulis advertorial soal busi motor, atau yang cowok jago nge-review kosmetik.
Bagaimana sih cara kamu memanage waktu sehingga bisa memenuhi deadlines?
Balik lagi, brainstorming dengan klien sangat penting untuk mengurangi daftar revisi kita ya kawan-kawan. Kalau kita tahu apa yang diinginkan klien, niscaya deadline pun bisa kita hindari hehe.
Bagian riset juga perlu kamu perhatikan. Dulu aku menghabiskan banyak waktu di bagian menulis, apakah kata-katanya enak dipandang atau tidak. Padahal pembaca hanya membutuhkan informasi yang ringkas dan jelas. Akhirnya aku mulai memenuhi waktu dengan riset dulu. Ketika kamu full akan informasi, tulisan pun jadi lancar jaya!
Tools yang menurut Dana wajib diketahui teman-teman yang ingin menjadi editor?
answerthepublic.com atau answersocrates.com. Dua-duanya bantu banget untuk mencari ide per-konten-an.
Aku agak risih kalau ada kata-kata yang berulang dalam satu paragraf. Aku sering pakai persamaankata.com untuk mencari padanan kata. Mungkin teman-teman yang lain punya situs lebih ciamik?
Selanjutnya yang mesti kita tahu adalah Google Analytics. Meskipun kadang ada Data Analyst atau Data Scientist di tim kamu, penting buat editor untuk tahu behavior pembaca di situs kita.
Setuju. Ketika ada banyak kata-kata berulang dalam satu paragraf cukup mengganggu kenyamanan saat membaca, ya.
Nah, setiap pekerjaan kan ada tantangannya, kalau dari pengalaman Dana sebagai senior editor, boleh diceritakan sedikit tantangannya dan cara kamu menghadapinya?
Lebih ke self-management kali, ya. Enggak cuma memastikan semua konten memenuhi standar, content editor juga harus mengembangkan strategi, mengoptimalkan, dan mengoordinasikan konten dengan tim lain (seperti graphic designer dan social media).
Awalnya pasti kaget, tapi setelah mempelajari pola kerja masing-masing tim dan juga meningkatkan kemampuan manajemen waktu, tantangan ini lama-lama pun teratasi.
Terkadang enggak apa-apa kok curhat ke penulis, kalau kamu mengalami beberapa kesulitan. Siapa tahu tim kamu bisa membantu atau bahkan memberi ide yang lebih baik. Content editor kan juga manusia hehe.
Menurut kamu, dengan perkembangan digital yang dinamis, skill atau hal-hal apa aja sih yang perlu dimiliki teman-teman yang ingin menjadi editor? Apakah harus lulusan jurusan sastra?
Enggak harus lulusan sastra kok, salah satu penulis yang aku kenal ada yang dari lulusan FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat) dan kini terjun di dunia content marketing.
Menurutku kemampuan inisiatif wajib banget kamu punya. Dengan begitu cepatnya perubahan tren di era internet, kamu harus selalu siap mengikuti perkembangan yang ada. Kalau kamu punya sikap inisiatif yang oke di dunia kerja, kamu akan terus belajar dan bisa dengan cepat menyelesaikan masalah. Baik itu menjadi editor atau profesi apapun. Jadi, mau kamu dari jurusan jurnalistik atau IT, selama mau inisiatif usaha, semua bisa kamu gapai. Itu soft skill, ya.
Kalau bicara tentang hard skill, rasanya editor juga perlu paham tentang data analyst. Kita kan membuat konten untuk pembaca, jadi harus bisa membayangkan ‘berjalan’ di sepatu mereka. Nah, untuk bisa memprediksi itu, kita perlu belajar menganalisis data-data yang ada untuk dijadikan insight dalam menulis.
Dari sudut pandang kamu, artikel yang bagus dan layak dipublish adalah artikel yang bagaimanakah?
Aku jatuh cinta banget sama penulis yang bisa menyentuh emosi pembaca, tapi bukan berarti kita harus nulis lebay ya. hahaha. Gaya storytelling bisa jadi andalan. Di sini biasanya penulis bertindak sebagai seorang pencerita (storyteller).
Jadi, ketika kamu diberi tugas menulis tentang suatu produk, coba kemas informasi produk menjadi cerita yang menghibur dan dekat dengan masalah pembaca. Hindari memasarkan produk secara langsung dan gamblang.
Untuk menjadi Editor atau penulis, adakalanya mengharuskan untuk membuat/mengedit artikel diluar topik yang disukai/dikuasai. Kalau menurut kamu gimana sih untuk solusinya?
Wah, kebetulan baru-baru ini aku alami hihihi. Aku enggak pernah kedapetan klien fashion anak-anak selama bekerja di digital media. Di tempat baru, aku full nulis artikel untuk brand @justiceindonesia, yang target audience-nya perempuan remaja.
Terus apakah aku langsung menyerah? Tidak semudah itu, Ferguso! Hal pertama yang aku lakukan adalah riset. Mulai dari brand, produk, sampai followers media sosialnya aku pelajari. Di luar itu, aku ikut terjun ke dunia mereka. Kalau dulu aku jarang banget buka TikTok, sekarang setiap hari aku pasti buka untuk tahu tren apa yang lagi in. Intinya inisiatif adalah koentji, ya!
Terima kasih Dana! Salah satu poin yang bisa dihighlight dari sharing session bersama Dana: Untuk menjadi content editor, kesempatan terbuka untuk lulusan dari semua jurusan. Yang terpenting adalah adanya passion dan niat di bidang tulis menulis, ya teman BCM.
Artikel inspirasi lainnya: