Intinya, menulis artikel yang SEO friendly itu gak sekadar memikirkan gimana artikel kita bisa terbaca bot-nya Google dan nge-rank, tetapi kita juga harus mengutamakan kebutuhan dan kenyamanan pembaca. Semakin pembaca merasa artikel kita bermanfaat, semakin bagus pula untuk performance artikel kita ke depannya.
Mungkin kamu sudah pernah mendengar profesi content writer, tapi pernah juga mendengar yang namanya SEO content writer?
Dikarenakan cukup tingginya kebutuhan untuk pembuatan artikel yang SEO friendly, saat ini ada banyak perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan untuk profesi yang memadukan 2 skill ini (SEO dan writing).
Nah, Shylma yang saat ini berkarir sebagai SEO content writer di startup kesehatan, memberikan insight ke kita nih terkait profesinya. Kita juga bisa tahu hal apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi SEO content writer di media kesehatan, lho..
Hi Shylma! Terima kasih ya sudah bersedia luangin waktunya untuk sharing di BCM.
Waktu kamu memilih profesi SEO content writer, apakah karena sudah mengetahui tentang SEO dari masih kuliah?
Untuk dunia tulis menulis dan bahasa, sebenarnya aku sudah ada ketertarikan sejak lama, bahkan bisa dibilang sejak kecil. Itulah kenapa aku ambil jurusan kuliah Sastra Inggris untuk memperbanyak bekal aku dalam menulis dan mengolah informasi lewat bacaan.
Nah, proses terjun ke dunia SEO sendiri sebenarnya agak tidak disengaja. Tepat beberapa bulan sebelum wisuda, aku iseng mau coba magang, dan kebetulan ada lowongan jadi SEO Content Writer di salah satu e-commerce.
Sejujurnya waktu itu aku gak ada bayangan sama sekali tentang SEO hahaha. Barulah sebelum interview, aku mulai cari tahu seperti apa itu SEO dan kaitannya dengan content writing.
Di situlah mataku terbuka, terlebih lagi setelah aku jalani magangnya secara langsung. Aku mulai tertarik untuk mendalami lagi dunia digital content, salah satunya dalam bentuk SEO.
Pengalaman magang memang berharga banget ya.. Jadinya bisa membantu kita dalam memilih karir.
Nah, boleh dijelaskan sedikit apa saja scope of work kamu sebagai SEO content writer?
Aku tergabung dalam tim Content, di mana day to day kami mengerjakan artikel terkait kesehatan, baik menulis dari awal (create new) maupun meng-optimize artikel-artikel lama yang sudah outdated.
Selain itu, aku juga berkontribusi memberikan ide-ide artikel dan riset keyword-nya, sesuai dengan kategori yang aku pegang saat itu. Misalnya, kalau di minggu itu aku sedang handle kategori penyakit pernapasan dan kesehatan mental, aku akan fokus develop artikel-artikel seputar kategori itu saja.
Gak cuma mengerjakan artikel website, aku juga membuat konten infografik untuk medsos, mulai dari menentukan poin-poin di infografiknya, kasih guideline ilustrasi untuk graphic designer, sampai menulis caption.
Untuk proses mencari topik dan menuliskan artikel seputar kesehatan. Adakah tips-tips yang bisa dishare ke teman-teman BCM yang juga tertarik di perusahaan atau media health & wellness?
Tujuan utama sebagai penulis konten kesehatan adalah membantu pembaca mendapatkan solusi untuk masalah kesehatannya, tetapi sebisa mungkin memakai bahasa yang mudah dimengerti supaya tidak terjadi kesalahpahaman.
Supaya tujuannya bisa dicapai, salah satu tips utamanya adalah berempati dan memposisikan diri sebagai pembaca. Kalau aku adalah orang awam yang gak familiar dengan ilmu kedokteran sama sekali, tentunya aku butuh informasi kesehatan dengan bahasa yang sederhana dan nggak bertele-tele.
Kurang lebih mirip seperti saat aku periksa dan konsultasi ke dokter. Setelah periksa, dokter biasanya akan menjelaskan hasil diagnosis dengan bahasa yang mudah dipahami pasien, kan? Itu yang aku lakukan saat menulis konten kesehatan.
Di sinilah pentingnya skill mencerna informasi yang sulit dan menerjemahkannya jadi tulisan yang simple. Kalau merasa kesulitan, aku biasanya akan cari referensi artikel serupa dan memperhatikan gaya penulisannya. Apa saja padanan kata yang digunakan untuk mengganti istilah medis yang rumit?
Dengan memperbanyak referensi dan membaca, itu sangat membantu aku mengenal beragam style penulisan, termasuk untuk konten kesehatan.
Selain dengan banyak membaca, aku juga banyak tanya ke medical editor yang juga berprofesi sebagai dokter. Setahuku, hampir semua media health and wellness punya medical editor untuk memastikan informasi medis di kontennya valid atau nggak. Biasanya mereka dengan senang hati membantu penulis bikin informasi medis yang mudah dipahami, kok.
Berempati dalam menulis juga membantu menentukan angle dan pemilihan kata yang sesuai. Misalnya, saat aku ingin cari konten seputar kesehatan mental atau reproduksi, aku akan memperhatikan baik-baik tulisanku supaya tidak terkesan judgmental atau terlalu mendikte. Aku ingin tulisanku terasa “dekat” dan memahami keresahan pembaca, supaya mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian.
Wah penjelasannya detail sekali, kita jadi tahu lebih jelas gambaran profesi Shylma.
Dari pengalaman kamu, adakah target jumlah artikel yang harus dituliskan dalam 1 hari?
Untuk target jumlah artikel, dari pengalamanku lumayan bervariasi, ya. Aku pernah optimize 8-9 artikel dalam sehari, atau create new 3 artikel dalam sehari. Bisa juga dicampur, misalnya 2 artikel optimize dan 1 artikel create new. Untuk sekarang, aku biasanya diberi target 2 artikel dalam sehari.
Selain itu, biasanya target jumlah itu gak selamanya kaku, kok. Tergantung dari beban artikelnya itu sendiri, misalnya serumit apa topiknya, sebanyak apa target word count-nya, dan lainnya. Kalau ternyata ada 1 artikel create new yang topiknya lumayan butuh waktu untuk baca-baca sumbernya, aku akan di-assign 1 artikel saja di hari itu.
Bagaimana dengan gambar pendukung artikel? Apakah SEO content writer juga perlu memilih gambar atau feature image? Dan juga perlu mengerti tools editing foto seperti Adobe?
Betul, biasanya aku pakai website penyedia foto seperti Shutterstock, Unsplash, atau Pixabay. Selama ini aku belum pernah diminta untuk menguasai editing dengan tools semacam Adobe, sih.
Yang terpenting adalah memilih format gambar yang sesuai, compress ukuran gambar supaya proses loading artikelnya tidak terlalu berat, dan selipkan keyword di alt text gambarnya.
Kalau untuk menuliskan content, gimana caranya untuk membuat content yang SEO friendly?
Jika topik artikelnya sudah ditentukan, salah satu langkah yang paling utama menurut aku adalah menentukan keyword atau kata kunci yang sesuai.
Agar pemakaian keyword di artikel semakin maksimal, aku harus memahami terlebih dahulu intent-nya. Kalau seseorang mencari dengan keyword A, kira-kira informasi seperti apa yang dia butuhkan?
Cara menentukan intent ini bisa dengan googling pakai keyword hasil research sebelumnya, lalu baca artikel-artikel yang muncul di halaman pertama search engine. Dengan cara ini, aku bisa memahami bentuk informasi seperti apa yang pembaca butuhkan sehingga proses membuat outline dan menentukan sudut pandang tulisannya pun lebih mudah.
Menulis artikel dengan struktur yang baik juga penting banget. Perhatikan apakah dari pembuka saja pembaca sudah bisa tahu artikel ini akan kasih solusi atas permasalahannya. Pastikan juga artikelnya fokus dengan topik yang ingin kita bahas, tidak perlu mencantumkan informasi yang gak straightforward.
Oiya, hindari menaruh keyword terlalu banyak di artikel karena ini justru tergolong spamming dan tulisan artikel akan terkesan kurang natural. Bisa disebarkan secukupnya di posisi yang strategis, seperti di heading atau paragraf pembuka.
Selain itu, aku pribadi lebih suka menulis artikel SEO dalam bentuk paragraf-paragraf pendek, mengingat banyak pembaca yang menggunakan HP untuk googling informasi. Melihat paragraf yang terlalu padat dan panjang akan bikin pengalaman membaca di HP kurang nyaman.
Memasukkan internal link di artikel juga membantu artikel lebih mudah terindeks oleh search engine. Pembaca juga akan merasa terbantu kalau ada link yang mengarahkan ke artikel dengan informasi lebih mendalam.
Intinya, menulis artikel yang SEO friendly itu gak sekadar memikirkan gimana artikel kita bisa terbaca bot-nya Google dan nge-rank, tetapi kita juga harus mengutamakan kebutuhan dan kenyamanan pembaca. Semakin pembaca merasa artikel kita bermanfaat, semakin bagus pula untuk performance artikel kita ke depannya.
Ketika mengalami stuck saat menulis padahal deadline artikel yang dipublish udah mepet, biasanya apa yang kamu lakukan?
Cara yang menurutku cukup ampuh adalah tulis apa saja poin-poin yang sudah ada di kepala. Gak perlu langsung dalam bentuk tulisan rapi, bisa ditulis dalam format poin, kalimat asal-asalan, atau tiap poin dibagi dalam masing-masing outline tulisan. Inilah mengapa sebisa mungkin outline artikel sudah aku buat di awal, supaya aku tahu apa garis besarnya yang mau kutulis.
Nah, dari poin-poin tadi biasanya akan ada benang merah yang bisa dihubungkan supaya aku tahu alur tulisannya mau dibawa ke mana. Atau, poin-poin tadi juga membantuku menemukan information gap alias informasi apa saja yang belum aku punya, dan cari lagi sumbernya.
Aku juga selalu ingat saran dari editorku. Dalam membuat konten atau artikel, sebaiknya pisahkan proses menulis dan mengedit. Artinya, tulis saja apa yang sudah ada di kepala, jangan dikit-dikit berhenti untuk memperbaiki tulisannya. Kalau sudah selesai, barulah kita spare waktu untuk edit. Terlalu sering merevisi di tengah-tengah menulis ini yang berisiko bikin stuck.
Adakah tools SEO yang Shylma pakai? Jika ya, boleh disebutkan namanya dan kelebihan dari tools itu.
Aku biasanya pakai Ahrefs untuk keyword research dan nge-track performance artikel-artikel aku. Di Ahrefs, aku bisa dapet banyak banget insight terkait keyword yang aku masukin, mulai dari sinonim, suggestion, questions, hingga cari tahu kategori besar lain yang berhubungan sama keyword tersebut. Lengkap banget, deh. Selain bantu permudah proses research keyword, Ahrefs juga bisa kasih liat apa saja yang perlu di-improve dari segi SEO.
Kekurangannya mungkin cuma satu, yaitu agak berat di kantong hahaha. Untuk pemula yang mau coba bikin konten SEO friendly, ada beberapa pilihan tools gratis seperti Keyword Tool, Google Trends, atau Ubersuggest.
Kalau menyangkut achievement/pegalaman yang menyenangkan selama berkarir di profesi ini?
Bekerja sebagai content writer itu menurutku cukup banyak tantangannya, namun menyenangkan untuk dijalani. Salah satu keuntungannya adalah belajar berbagai macam topik dalam waktu singkat hahaha.
Gak cuma itu, menjadi content writer juga membuka peluang untukku bikin konten yang gak terbatas dalam format artikel website. Di samping pekerjaan tetapku sebagai SEO writer, aku juga ambil beberapa freelance project untuk bikin konten medsos, translate, hingga company profile.
Menurutku pengalaman ini yang bantu memperkaya tulisan-tulisan aku ke depannya karena aku semakin terbiasa menulis dalam berbagai format dan style.
Selain itu, mengetahui kalau tulisanku ternyata bisa kasih manfaat buat orang lain itu rasanya rewarding banget, lho. Aku punya beberapa temen yang kasih tahu kalau mereka secara gak sengaja nemu artikel aku lewat googling, dan mereka merasa terbantu dengan informasi di artikel aku. It feels so much fulfilling to know that I’m doing this for a bigger cause.
Pesan untuk teman-teman yang ingin berkarir sama seperti kamu?
Buat yang berminat jadi SEO content writer, kunci utamanya adalah be an empathetic writer and never stop learning.
Perbanyak referensi bacaan supaya style menulisnya semakin fleksibel, sering-sering latihan menulis akan lebih bagus lagi. Perbanyak juga mengobrol dan mendengar cerita orang-orang di sekitar agar rasa empatinya perlahan bertumbuh.
Selalu semangat belajar hal baru karena kita tahu kalau dunia digital gak akan berhenti berkembang. Semangat, ya! 🙂
Terima kasih banyak Shylma =) Untuk teman-teman BCM yang masih punya pertanyaan seputar profesi SEO content writer boleh banget tulis pertanyaannya di kolom komentar, ya.
Artikel inspirasi lainnya: