Saya percaya setiap orang memiliki bakat dan talenta untuk memulai sesuatu, termasuk bisnis. Yang menjadi pembeda adalah keberanian dan konsistensi dalam menjalaninya.
Bekerja full time, terkadang bisa melelahkan. Untuk itu, agar tidak burnout kita perlu mengambil jeda istirahat. Nah, bagaimana kalo disamping full time juga menjadi Co-founder dari creative agency? Hal itulah yang dilakukan Aileen Velishya.
Aileen yang saat ini berprofesi sebagai Lead Content, juga merupakan Co-Founder Riverwork.id. Bagaimana cara Aileen membagi waktu dan apa sih yang memotivasinya menjalani kedua karir bersamaan? Temukan jawabannya di sharing session kali ini.
Boleh diceritakan, sebelum menjadi Lead Content bagaimana perjalanan karir Aileen?
Bisa dibilang perjalanan karir saya cukup beruntung, karena saya menemukan passion untuk konten dalam waktu yang bisa terbilang tidak terlalu lama. Semenjak kuliah, saya sudah mulai menulis lepas dan mendapatkan klien dari luar negeri. Namun saat itu saya belum berpikir untuk menjadikan pekerjaan penulisan sebagai main job saya.
Sebagai lulusan akuntansi, pekerjaan pertama saya adalah akuntan di sebuah perusahaan manufaktur. Setelah itu, saya bergabung di sebuah startup kesehatan sebagai tim operasional. Setelah beberapa bulan di sana, ada lowongan Content Writer, lalu saya langsung mengajukan diri untuk mencoba. Untungnya culture perusahaan saya sifatnya agile dan sangat mendukung sehingga saya diberikan kepercayaan untuk mencoba.
Berbekal portfolio selama kuliah dan berhasil menyelesaikan challenge dari direksi, saya dipercaya untuk menjadi content writer pertama disana dan singkat cerita, setelah satu tahun lebih, saya dipercaya untuk memimpin tim content yang berkembang.
Dari keberanian untuk mengajukan diri itu, membuka kesempatan kamu mengembangkan karier dan bisa jadi seperti ini ya. Keren sekali!
Nah, disaaat masih banyak orang yang merasa ragu-ragu untuk memulai bisnis sendiri, kamu menjalani dua karier bersamaan. Apa sih yang memotivasi kamu untuk melakukannya?
Motivasi utama saya untuk menjalankan Riverwork.id di samping pekerjaan utama adalah saya ingin berkarya dan menghasilkan. Saya percaya setiap orang memiliki bakat dan talenta untuk memulai sesuatu, termasuk bisnis. Yang menjadi pembeda adalah keberanian dan konsistensi dalam menjalaninya.
Sejak kecil saya sudah belajar untuk mandiri. Sehingga saya berusaha untuk tidak merepotkan orangtua, salah satunya adalah dengan memulai bisnis River semenjak kuliah untuk membiayai kebutuhan dan pendidikan. Dan saya mengajak beberapa teman yang memiliki pemikiran yang sama untuk menjalankan bisnis agensi kreatif ini.
Bagaimana cara kamu membagi waktu diantara keduanya?
Tentunya ada hal yang harus dikorbankan. Dalam hal ini, saya mengorbankan waktu luang saya. Supaya tidak menganggu tanggungjawab yang sudah diberikan di pekerjaan utama, saya biasanya mengerjakan side business Riverwork.id ini di akhir pekan. Lalu saya juga mengurangi waktu bermain games, menonton film maupun bertemu dengan teman.
Apakah kamu pernah mengalamai burn out?
Burnout pasti pernah dialami oleh siapapun, walaupun pekerjaan yang dilakukan adalah passion, pasti ada titik jenuh yang muncul. Biasanya saat burnout, saya mencoba istirahat dengan berjalan-jalan, atau berolahraga agar pikiran jadi lebih clear dan ide muncul kembali.
Berhubungan dengan pekerjaan full time sebagai Lead content, untuk day-to-day apa saja tugas-tugas keseharian kamu?
Biasanya saya membuat strategi dan planning untuk beberapa channel seperti artikel website, sosial media, push notification, sms dan WA blast. Selain itu saya juga melakukan proofread maupun review untuk konten yang dihasilkan oleh tim. Menghadiri meeting dengan tim dari departemen lain juga kerap dilakukan untuk mendapatkan insight dan brief dalam menjalani campaign tertentu.
Pernah gak sih ada perbedaan pendapat dengan anggota tim ketika brainstorm? Bagaimana cara kamu mengatasinya?
Tentunya pernah. Biasanya untuk hal ini saya mencoba untuk mendengar opini dari masing-masing pihak dan menimbang keputusan mana yang lebih baik untuk diambil. Ada beberapa cara untuk mempermudah mengambil keputusan seperti membuat diagram action priority matrix misalnya. Untuk menentukan aksi apa yang seharusnya di prioritaskan (hasil terbaik adalah high impact dan low effort).
Cara lain adalah saya mencoba membuat a/b testing dari aktivitas yang hendak dilakukan, untuk melihat hasil sementara apakah rencana yang kita lakukan sudah efektif atau belum. Cara paling sederhana adalah voting dan melihat suara terbanyak yang diambil. Saya meng-encourage tim saya untuk berani speak up dan saya menghargai perbedaan pendapat.
Seperti yang kita tahu, content itu gak cuma terbatas content website saja, tapi juga social media. Apakah strategi untuk masing-masing medium ini berbeda?
Berbeda, karena pada umumnya demografis setiap medium ini berbeda. Jika kita analogikan dari yang paling simpel, misalnya channel social media. Nah, untuk setiap social media sendiri memiliki demografis user yang berbeda. Sebagai contoh, pengguna twitter cenderung gen z, pengguna instagram cenderung didominasi oleh milenials, sedangkan pengguna facebook cenderung di dominasi gen x dan babyboomer.
Jika membicarakan hal ini secara sekilas, ada beberapa karakteristik yang tidak bisa kita abaikan. Misalnya gen Z: cenderung tech savvy karena mereka memang mengenal gadget dari kecil. Mereka sangat up to date dan cenderung cepat mengambil keputusan. Berbeda halnya dengan Gen X dan Baby Boomer, kebanyakan dari mereka adalah tipe kelompok yang lebih konservatif dan tradisional. Sehingga cara pendekatan melalui content marketing-nya pun berbeda.
Dari satu generasi ke generasi memerlukan pendekatan yang berbeda ya. Nah, menurut kamu apa sajakah 3 skill wajib untuk memulai karir di dunia content?
Menurut saya 3 skill wajib untuk mulai karir di dunia content adalah:
- Kemampuan menyampaikan ide
Tahapan pertama dalam membuat konten adalah memiliki ide. Tapi tak jarang, banyak orang yang kesusahan menyampaikan ide. Hal ini sangat penting dimiliki oleh orang yang mau bekerja di bidang content, karena tidak semua orang bisa mengerti maksud karyamu. Walaupun copy yang terbaik adalah copy yang bisa dimengerti oleh siapapun, tapi ada beberapa jenis copy yang misalnya memiliki banyak wordplay atau desain yang sifatnya agak ‘abstrak’.
Kamu harus bisa menjelaskan garis besar dari ide yang kamu ajukan. Konsep seperti apa yang kamu inginkan. Objective yang kamu mau capai. Lalu hal-hal dasar seperti alasan mengapa kamu memakai kata tersebut untuk nama campaign, atau alasan mengapa kamu memilih warna tersebut.
Memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk menyampaikan ide dapat membantu kamu mendapat approval dari atasan maupun klein dari hasil karya yang dibuat. Hal ini bisa disebut juga pitching idea.
- Kemampuan berpikir & menghasilkan karya kreatif
Salah satu hal yang menarik dari pekerjaan content adalah pemikiran kreatif setiap orang tidak ada yang 100% sama. Dan tidak seperti kemampuan menghitung yang bisa digantikan oleh komputer, pekerjaan seni membutuhkan sentuhan kreativitas manusia.
Nah bagi kamu yang ingin berkarir di bidang konten, kemampuan berpikir kreatif adalah modal awal kamu. Tapi jangan lupa harus disertai dan eksekusi yang baik untuk menghasilkan karya kreatif yang mumpuni.
- Kemampuan beradaptasi
Jika ide kamu ditolak, kamu harus bisa beradaptasi. Terbuka dengan kritik dan saran. Berani melakukan eksperimen dan melihat hasilnya. Lalu kamu juga harus belajar beradaptasi kerja mandiri maupun dalam tim.
Thank you Aileen! Sangat inspirati sekali bukan pengalaman Aileen? Jadi, untuk kamu yang tertarik menjalani 2 karir sekaligus, atau tertarik membangun bisnis sendiri, semangat untuk menjalaninya, ya.