Menurut aku skill yang paling penting dalam menjadi UX Writer adalah critical thinking dan bisa berempati dengan user.
Ada berbagai profesi menulis di era digital seperti sekarang. Diantaranya adalah content writer, copy writer, dan UX writer. Di content inspirasi sebelumnya, kami pernah mewawancarai content writer dan copy writer. Kali ini, profesi yang akan dibahas adalah UX writer.
Rayi Noormega yang saat ini berkarir sebagai UX writer di salah satu e-commerce besar Indonesia, tak sungkan membagikan ilmu yang dia dapatkan selama berkarir di profesi ini.
Untuk teman BCM yang ingin tahu lebih jauh profesi UX writer, simak wawancara dengan Rayi berikut ini:
Hi Rayi! Bagaimana awalnya kamu bisa mengetahui profesi UX writer & memutuskan untuk menjadikannya sebagai karir?
Pertama tau ada profesi UX Writer itu waktu tahun 2018 saat aku sempat kerja di perusahaan teknologi ride-hailing di Jakarta selama hampir setahun. Tapi saat itu, aku masih kerja sebagai content writer untuk di bagian Employer Branding di perusahaan itu.
Saat itu aku tertarik banget sama profesi UX Writer, tapi sayangnya saat itu belum ada posisi vacant di perusahaan itu untuk bagian UX Writer, jadi aku belum bisa apply secara internal dengan dirotasi dari content writer di bagian Employer Branding jadi UX Writer.
Akhirnya setelah dari perusahaan itu, aku sempat explore dunia profesi penulis dulu sebelum jadi UX Writer. Jadi, di tahun 2018 aku jadi content writer untuk di bagian Employer Branding, kemudian sempat jadi copywriter di salah satu advertising agency, kemudian pindah lagi jadi researcher writer untuk Indonesia Millennial Report 2020 bareng sama salah satu platform media di Indonesia.
Baru setelah itu, di tahun 2020 aku di-approach di LinkedIn oleh salah satu HR perusahaan teknologi e-commerce untuk mengisi posisi UX Writer dan kemudian ikut proses rekrutmennya dan akhirnya diterima jadi UX Writer dan betah bertahan hingga saat ini.
Boleh diceritakan apa saja job desk Rayi sebagai UX writer di sana?
a. Crafting microcopy di user journey dalam aplikasi
Job desc secara garis besarnya adalah menulis microcopy di setiap user journey yang ada di salah satu bagian modul aplikasi e-commerce. Microcopy itu apa? Microcopy itu adalah kata atau kalimat yang berfungsi untuk memudahkan proses ketika user/pengguna sedang menggunakan aplikasi atau website.
Kalau di perusahaanku, microcopy berfungsi supaya user bisa menggunakan semua fitur di dalam aplikasi e-commerce tanpa merasa kesulitan. Misalnya, kalau teman-teman lagi mau checkout barang di aplikasi e-commerce, teman-teman pasti akan melalui journey dari mulai mencari barang hingga proses pembayaran.
Nah, microcopy adalah semua tulisan yang teman-teman baca atau klik saat melalui semua proses tersebut dan yang menulis microcopy itu adalah UX Writer.
b. Menjadi Content Designer yang membantu Product Designer dalam membuat suatu user journey yang lebih mudah atau seamless digunakan
Selain itu, UX Writer di perusahaan di mana aku bekerja juga job desc-nya adalah jadi Content Designer dan thinking partner-nya Product Designer saat mereka lagi dalam proses design exploration. Saat proses design exploration itu UX Writer yang ikut bantu Product Designer untuk menentukan nanti UX copywriting di journey tersebut Tone of Voice-nya akan seperti apa dan apakah suatu journey mudah dilalui user atau tidak.
UX Writer akan selalu bekerja sama dengan Product Designer atau UX/UI Designer dari mulai design exploration hingga proses pengecekan design saat fitur tersebut launch atau sudah live di aplikasi.
Selain 2 job desc itu sebenarnya ada yang lain, seperti menjaga kualitas UX copywriting di setiap user journey, membangun sistem supaya proses crafting microcopy bisa masuk dalam design system, dan lain sebagainya. Tapi, secara garis besar, 2 job desc di atas sudah mewakili pekerjaan aku sehari-hari sebagai UX Writer.
Apakah UX writer bekerja dalam tim?
Iya, dong. UX Writer nggak mungkin kerja sendirian. Setiap harinya aku selalu kerja bareng sama Product Designer dan Project Manager. Di beberapa tahap design development juga kita diskusi atau alignment bareng sama tim engineer.
Terus kadang kita juga alignment bareng tim Creative, tim Growth Marketing, dan tim Merchant Education. Jadi, kalo di-konklusi, UX Writer akan terlibat bekerja bersama Product Designer, Project Manager, tim Growth Marketing, tim Business, tim Merchant Education, dan tim Creative.
Baca juga: Tips Menjalani 2 Karir Bersamaan dari Lead Content & Co-Founder Creative Agency – Aileen Velishya
Untuk teman-teman yang masih awam, sulit membedakan antara UX writer dan copywriter. Kalau menurut kamu apa bedanya UX writing dan copywriting?
Supaya gampang bedainnya sih sebenernya perbedaannya bisa dilihat dari 2 hal ini:
- Penempatan tulisan
UX writing itu adalah copywriting yang ada di dalam suatu platform product tertentu, misalnya dalam sebuah aplikasi. Kalau copywriting kan bentuk tulisan-tulisan pendek yang sifatnya bisa di mana aja, misalnya di dalam iklan, banner, atau konten publikasi marketing lain.
- Tujuan penulisan
Tujuan UX writing adalah untuk memudahkan user menggunakan platform product kita, jadi sifat tulisannya harus padat tapi jelas atau clear & concise. Sedangkan kalo copywriting pada umumnya kan biasanya untuk tujuan marketing atau periklanan, jadi selain padat, sifat tulisannya harus lebih menarik dan persuasif dibanding UX writing.
Penjelasannya sangat detail dan jelas. Jadi bisa dengan mudah mengetahui perbedaan kedua profesi penulis ini. Thanks Rayi!
Baca juga: 4 Tips Menulis Artikel yang Membuat Pembaca Tidak Cepat Berpaling
Menurut kamu skill apa saja sih yang diperlukan untuk bisa menjadi seorang UX writer?
Menurut aku skill yang paling penting dalam menjadi UX Writer adalah critical thinking dan bisa berempati dengan user, sih. Karena seringnya dalam menentukan kita mau nulis apa di suatu user journey tertentu, kita butuh bener-bener nempatin perspektif kita di posisi user dan kita butuh critical thinking untuk juga mikirin kemungkinan-kemungkinan case yang terjadi di user journey tertentu.
Selain critical thinking dan bisa berempati, pastinya setelah itu adalah skill menulis dan tahu penggunaan EYD yang benar, kemudian punya learning agility atau punya keinginan kuat untuk selalu belajar.
Untuk pemula, biasanya tantangan apa sih yang akan mereka hadapi saat mulai berkarir di bidang ini?
Tantangan yang pasti dihadapi adalah mempelajari platform product-nya itu sendiri atau proses product knowledge-nya, sih. Karena pas pertama kali jadi UX Writer kan pastinya kita butuh tau product apa yang kita pegang, user-nya siapa saja dan behavior mereka seperti apa, dan lain sebagainya. Jadi, proses memahami product-nya itu yang menurutku butuh waktu yang nggak sebentar.
Kemudian tantangan yang kedua adalah beradaptasi menggunakan software design yang dipakai di perusahaan tersebut. Waktu pertama kali aku join sebagai UX Writer, aku butuh waktu untuk akhirnya familiar untuk menggunakan software design yang digunakan oleh Product Designer di perusahaan aku.
Jadi mungkin tantangan terbesar yang dihadapi pastinya tahap belajar di awal untuk familiar dengan semua proses serta environment dan knowledge dari product atau aplikasi yang dipegang.
Tips untuk teman-teman yang masih fresh graduate, bagaimana caranya bisa menjadi UX writer seperti kamu?
Jangan takut nyoba hal baru. Banyakin portfolio atau banyakin latihan menulis copywriting dalam bentuk apapun. Salah satu yang membuat aku bisa ‘mendarat’ di profesi UX Writer ini kan karena saat kuliah hingga setelah lulus aku selalu nyoba untuk nulis di sana-sini dan explore sebanyak-banyaknya jenis penulisan itu seperti apa.
Jadi, semakin sering nyoba hal baru dan berani menulis untuk dipublikasi, semakin kita bisa terpapar dengan kesempatan-kesempatan untuk bisa kerja di berbagai profesi penulisan, termasuk bidang profesi UX Writer.
Terima kasih sudah mau berbagi di BCM ya Rayi.
Untuk teman BCM yang ingin berkarir di bidang creative content, apakah tertarik juga untuk menjadi UX writer?
Artikel inspirasi lainnya: